Selasa, Juni 27, 2006

Sejarah Hidup Muhammad


oleh Muhammad Husain Haekal


Ini ada rangkuman dari saya, dari buku Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal
Yang saya cantumkan disini adalah event-event yang saya anggap menarik dari buku ini, sehingga saya berharap dengan membaca rangkuman ini, pembaca jadi lebih ingin mengetahui tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan.
Terima Kasih.


Situs Sumber :
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html

= Saat Masa Kanak-kanak =

Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak
Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat
bayi  lain  sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang
seorang  wanita  yang  kurang  mampu,  ibu-ibu  lainpun  tidak
menghiraukannya.  Setelah  sepakat  mereka  akan  meninggalkan
Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya:
"Tidak  senang  aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa
membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim  itu
dan akan kubawa juga."

"Baiklah,"  jawab  suaminya.  "Mudah-mudahan  karena itu Tuhan
akan memberi berkah kepada kita."

Halimah  kemudian  mengambil  Muhammad  dan  dibawanya   pergi
bersama-sama   dengan   teman-temannya   ke   pedalaman.   Dia
bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa  mendapat
berkah.   Ternak   kambingnya   gemuk-gemuk   dan   susunyapun
bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.

Selama dua tahun Muhammad tinggal di  sahara,  disusukan  oleh
Halimah  dan  diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara dan
kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali
menjadi  besar,  dan  menambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan
badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih,
Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya  dan  sesudah  itu
membawanya kembali ke  pedalaman.  Hal  ini  dilakukan  karena
kehendak  ibunya,  kata sebuah keterangan, dan keterangan lain
mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa  kembali
supaya  lebih  matang,  juga  memang  dikuatirkan  dari adanya
serangan wabah Mekah.

Dua tahun lagi anak itu tinggal  di  sahara,  menikmati  udara
pedalaman  yang  jernih  dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu
ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.

Pada masa itu, sebelum usianya  mencapai  tiga  tahun,  ketika
itulah  terjadi  cerita  yang  banyak dikisahkan orang. Yakni,
bahwa  sementara  ia  dengan  saudaranya  yang  sebaya  sesama
anak-anak   itu  sedang  berada  di  belakang  rumah  di  luar
pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd
itu   kembali   pulang  sambil  berlari,  dan  berkata  kepada
ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy  itu  telah  diambil
oleh  dua  orang  laki-laki  berbaju  putih.  Dia dibaringkan,
perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."

Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan,  bahwa  mengenai
diri  dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya
ke  tempat  itu.  Kami  jumpai  dia  sedang  berdiri.  Mukanya
pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh
dua  orang  laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu
perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu
aku apa yang mereka cari."

Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat
ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah  itu,
dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di  Mekah. Atas
peristiwa ini Ibn Ishaq  membawa  sebuah  Hadis  Nabi  sesudah
kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq
nampaknya  hati-hati  sekali  dan   mengatakan   bahwa   sebab
dikembalikannya  kepada  ibunya bukan karena cerita adanya dua
malaikat itu, melainkan - seperti cerita Halimah kepada Aminah
-  ketika  ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada
beberapa orang Nasrani  Abisinia  memperhatikan  Muhammad  dan
menanyakan   kepada   Halimah  tentang  anak  itu.  Dilihatnya
belakang anak itu, lalu mereka berkata:

"Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di  negeri  kami.
Anak  ini  akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui
keadaannya." Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri  dari
mereka  dengan  membawa  anak  itu.  Demikian juga cerita yang
dibawa oleh Tabari, tapi  ini  masih  di  ragukan;  sebab  dia
menyebutkan   Muhammad   dalam   usianya   itu,  lalu  kembali
menyebutkan  bahwa  hal  itu  terjadi   tidak   lama   sebelum
kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Masa Kanak-kanak II =

Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah  sudah
bersiap-siap  akan  pulang.  Ia  dan  rombongan kembali pulang
dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di
tengah  perjalanan,  ketika  mereka  sampai  di Abwa',2 ibunda
Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan
pula di tempat itu.

Anak  itu  oleh  Umm  Aiman  dibawa  pulang  ke  Mekah, pulang
menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa
kehilangan;  sudah  ditakdirkan  menjadi  anak  yatim.  Terasa
olehnya hidup yang makin sunyi,  makin  sedih.  Baru  beberapa
hari   yang   lalu  ia  mendengar  dari  Ibunda  keluhan  duka
kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan.  Kini  ia
melihat  sendiri  dihadapannya,  ibu pergi untuk tidak kembali
lagi, seperti ayah dulu.  Tubuh  yang  masih  kecil  itu  kini
dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.

Lebih-lebih  lagi  kecintaan  Abd'l-Muttalib kepadanya. Tetapi
sungguhpun begitu, kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu itu
bekasnya masih mendalam sekali dalam jiwanya sehingga di dalam
Qur'anpun disebutkan,  ketika  Allah  mengingatkan  Nabi  akan
nikmat  yang  dianugerahkan  kepadanya  itu:  "Bukankah engkau
dalam keadaan yatim-piatu? Lalu diadakanNya  orang  yang  akan
melindungimu?  Dan  menemukan  kau  kehilangan  pedoman,  lalu
ditunjukkanNya jalan itu?" (Qur'an, 93: 6-7)

------------------------------------------------

Abu    Talib   mencintai   kemenakannya   itu   sama   seperti
Abd'l-Muttalib juga. Karena kecintaannya itu  ia  mendahulukan
kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad
yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati,  itulah  yang
lebih  menarik hati pamannya. Pernah pada suatu ketika ia akan
pergi ke Syam membawa dagangan - ketika itu usia Muhammad baru
duabelas  tahun  -  mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi
padang pasir, tak terpikirkan olehnya akan  membawa  Muhammad.
Akan  tetapi  Muhammad  yang  dengan  ikhlas  menyatakan  akan
menemani pamannya  itu,  itu  juga  yang  menghilangkan  sikap
ragu-ragu dalam hati Abu Talib.

Anak  itu  lalu  turut  serta  dalam rombongan kafilah, hingga
sampai di Bushra di  sebelah  selatan  Syam.  Dalam  buku-buku
riwayat  hidup  Muhammad  diceritakan,  bahwa dalam perjalanan
inilah ia bertemu dengan rahib Bahira,  dan  bahwa  rahib  itu
telah  melihat  tanda-tanda  kenabian  padanya  sesuai  dengan
petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber  menceritakan,
bahwa   rahib   itu  menasehatkan  keluarganya  supaya  jangan
terlampau  dalam  memasuki  daerah  Syam,  sebab   dikuatirkan
orang-orang   Yahudi  yang  mengetahui  tanda-tanda  itu  akan
berbuat jahat terhadap dia.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Akan Menikah =

Yang menyebabkan dia lebih banyak merenung dan berpikir, ialah
pekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam  masa  mudanya
itu.   Dia  menggembalakan  kambing  keluarganya  dan  kambing
penduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia  menyebutkan  saat-saat
yang  dialaminya  pada  waktu menggembala itu. Di antaranya ia
berkata: "Nabi-nabi yang diutus Allah  itu  gembala  kambing."
Dan  katanya  lagi:  "Musa  diutus,  dia gembala kambing, Daud
diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala  kambing
keluargaku di Ajyad."

-------------------------------------------------

Dalam  waktu  singkat  saja  kegembiraan  Khadijah  ini  telah
berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia - yang sudah  berusia
empatpuluh  tahun,  dan yang sebelum itu telah menolak lamaran
pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy  -  tertarik  juga
hatinya  mengawini  pemuda  ini, yang tutur kata dan pandangan
matanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia  membicarakan  hal
itu  kepada  saudaranya  yang  perempuan - kata sebuah sumber,
atau dengan sahabatnya, Nufaisa  bint  Mun-ya  -  kata  sumber
lain. Nufaisa pergi menjajagi Muhammad seraya berkata: "Kenapa
kau tidak mau kawin?"

"Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan,"  jawab
Muhammad.

"Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta,
terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kauterima?"

"Siapa itu?"

Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata: "Khadijah."

"Dengan cara bagaimana?" tanya Muhammad. Sebenarnya ia sendiri
berkenan  kepada  Khadijah  sekalipun hati kecilnya belum lagi
memikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah  sudah  menolak
permintaan hartawan-hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy.

Setelah  atas pertanyaan itu Nufaisa mengatakan: "Serahkan hal
itu kepadaku," maka iapun menyatakan persetujuannya. Tak  lama
kemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri
oleh paman-paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluarga
Khadijah guna menentukan hari perkawinan.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Kepribadian =

Paras  mukanya  manis  dan  indah,  Perawakannya sedang, tidak
terlampau tinggi, juga tidak pendek, dengan bentuk kepala yang
besar,  berambut  hitam  sekali  antara  keriting  dan  lurus.
Dahinya lebar dan rata di atas  sepasang  alis  yang  lengkung
lebat  dan  bertaut,  sepasang  matanya  lebar  dan  hitam, di
tepi-tepi putih matanya agak ke  merah-merahan,  tampak  lebih
menarik  dan  kuat:  pandangan matanya tajam, dengan bulu-mata
yang hitam-pekat. Hidungnya halus dan  merata  dengan  barisan
gigi  yang  bercelah-celah.  Cambangnya lebar sekali, berleher
panjang dan  indah.  Dadanya  lebar  dengan  kedua  bahu  yang
bidang.  Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak
tangan dan kakinya yang tebal.

Bila  berjalan  badannya  agak  condong   kedepan,   melangkah
cepat-cepat  dan  pasti. Air mukanya membayangkan renungan dan
penuh  pikiran,  pandangan  matanya  menunjukkan   kewibawaan,
membuat orang patuh kepadanya.

Dengan  sifatnya  yang  demikian itu tidak heran bila Khadijah
cinta dan patuh kepadanya, dan tidak  pula  mengherankan  bila
Muhammad  dibebaskan  mengurus  hartanya  dan dia sendiri yang
memegangnya  seperti  keadaannya  semula   dan   membiarkannya
menggunakan waktu untuk berpikir dan berenung.

-----------------------------------------------------

Abu Umayya bin'l-Mughira dari Banu Makhzum, adalah orang  yang
tertua  di  antara  mereka,  dihormati  dan  dipatuhi. Setelah
melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka:

"Serahkanlah putusan kamu ini di  tangan  orang  yang  pertama
sekali memasuki pintu Shafa ini."

Tatkala  mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki
tempat itu, mereka berseru: "Ini al-Amin; kami dapat menerima
keputusannya."

Lalu   mereka  menceritakan  peristiwa  itu  kepadanya.  Iapun
mendengarkan  dan  sudah  melihat  di   mata   mereka   betapa
berkobarnya  api  permusuhan  itu.  Ia berpikir sebentar, lalu
katanya:  "Kemarikan  sehelai  kain,"  katanya.  Setelah  kain
dibawakan   dihamparkannya   dan   diambilnya  batu  itu  lalu
diletakkannya  dengan  tangannya  sendiri,  kemudian  katanya;
"Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini."
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Menerima Wahyu =

Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur dalam  gua  itu,  ketika
itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata
kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya
tak   dapat   membaca".   Ia   merasa   seolah  malaikat  itu
mencekiknya, kemudian dilepaskan  lagi  seraya  katanya  lagi:
"Bacalah!"  Masih  dalam  ketakutan akan dicekik lagi Muhammad
menjawab: "Apa yang akan saya baca." Seterusnya  malaikat  itu
berkata:  "Bacalah!  Dengan  nama  Tuhanmu  Yang  menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan  Tuhanmu
Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya ..." (Qur'an 96:1-5)

------------------------------------------------------------

Seperti  juga ketika dalam suasana tahannuth dan dalam suasana
ketakutannya  akan  kesurupan   Khadijah   yang   penuh   rasa
kasih-sayang,  adalah  tempat  ia  melimpahkan  rasa damai dan
tenteram kedalam hati yang besar itu, hati yang  sedang  dalam
kekuatiran  dan  dalam  gelisah.  Ia tidak memperlihatkan rasa
kuatir atau rasa curiga. Bahkan dilihatnya ia dengan pandangan
penuh hormat, seraya berkata:

"O  putera  pamanku.9 Bergembiralah, dan tabahkan hatimu. Demi
Dia Yang  memegang  hidup  Khadijah,10  aku  berharap  kiranya
engkau  akan  menjadi  Nabi  atas  umat  ini. Samasekali Allah
takkan mencemoohkan kau; sebab engkaulah yang mempererat  tali
kekeluargaan,  jujur  dalam  kata-kata,  kau  yang mau memikul
beban orang lain dan menghormati tamu dan menolong mereka yang
dalam kesulitan atas jalan yang benar."
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html

= Setelah Menerima Wahyu =

Untuk itu, kemudian ia pergi menjumpai saudara sepupunya (anak
paman), Waraqa b. Naufal.  Seperti  sudah  disebutkan,  Waraqa
adalah  seorang  penganut  agama  Nasrani  yang sudah mengenal
Bible dan  sudah  pula  menterjemahkannya  sebagian  ke  dalam
bahasa  Arab.  Ia  menceritakan  apa  yang  pernah dilihat dan
didengar Muhammad dan menceritakan  pula  apa  yang  dikatakan
Muhammad  kepadanya,  dengan  menyebutkan  juga rasa kasih dan
harapan yang  ada  dalam  dirinya.  Waraqa  menekur  sebentar,
kemudian  katanya:  "Maha  Kudus Ia, Maha Kudus. Demi Dia yang
memegang  hidup  Waraqa.  Khadijah,  percayalah,   dia   telah
menerima  Namus  Besar1 seperti yang pernah diterima Musa. Dan
sungguh dia adalah Nabi umat  ini.  Katakan  kepadanya  supaya
tetap tabah."

Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya
suaminya itu dengan rasa kasih  dan  penuh  ikhlas,  bercampur
harap  dan  cemas. Dalam tidur yang demikian itu, tiba-tiba ia
menggigil, napasnya terasa sesak dengan  keringat  yang  sudah
membasahi   wajahnya.   Ia   terbangun,  manakala  didengarnya
malaikat datang membawakan wahyu kepadanya:

"O orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan  peringatan.
Dan  agungkan  Tuhanmu.  Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan
perbuatan dosa. Jangan  kau  memberi,  karena  ingin  menerima
lebih  banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu." (Qur'an 74:
17)

Dipandangnya ia oleh Khadijah, dengan rasa  kasih  yang  lebih
besar. Didekatinya ia perlahan-lahan seraya dimintanya, supaya
kembali ia tidur dan beristirahat.

"Waktu tidur dan istirahat  sudah  tak  ada  lagi,  Khadijah,"
jawabnya.   "Jibril   membawa   perintah  supaya  aku  memberi
peringatan kepada umat manusia, mengajak  mereka,  dan  supaya
mereka  beribadat  hanya  kepada  Allah.  Tapi siapa yang akan
kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?"

---------------------------------------------------

Sesudah  peristiwa  itu,  pada  suatu hari Muhammad pergi akan
mengelilingi  Ka'bah.  Di  tempat   itu   Waraqa   b.   Naufal
menjumpainya. Sesudah Muhammad menceritakan keadaannya, Waraqa
berkata: "Demi Dia Yang memegang hidup Waraqa.  Engkau  adalah
Nabi  atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti
yang  pernah  disampaikan  kepada  Musa.  Pastilah   kau   akan
didustakan   orang,   akan   disiksa,  akan  diusir  dan  akan
diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup,  pasti
aku  akan  membela  yang  di pihak Allah dengan pembelaan yang
sudah diketahuiNya pula." Lalu  Waraqa  mendekatkan  kepalanya
dan  mencium  ubun-ubun Muhammad. Muhammadpun segera merasakan
adanya kejujuran dalam kata-kata  Waraqa  itu,  dan  merasakan
pula betapa beratnya beban yang harus menjadi tanggungannya.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Menyampaikan Wahyu =

Selesai  makan, katanya kepada mereka: "Saya tidak melihat ada
seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan  sesuatu
ke  tengah-tengah  mereka  lebih  baik  dari yang saya bawakan
kepada kamu sekalian ini.  Kubawakan  kepada  kamu  dunia  dan
akhirat  yang  terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu
sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku  dalam
hal ini?"

Mereka    semua   menolak,   dan   sudah   bersiap-siap   akan
meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit - ketika itu  ia
masih anak-anak, belum lagi balig.

"Rasulullah,  saya  akan  membantumu,"  katanya.  "Saya adalah
lawan siapa saja yang kautentang."

Banu   Hasyim   tersenyum,   dan   ada   pula   yang   tertawa
terbahak-bahak.  Mata  mereka  berpindah-pindah dari Abu Talib
kepada anaknya. Kemudian mereka  semua  pergi  meninggalkannya
dengan ejekan.

Sesudah  itu  Muhammad  kemudian  mengalihkan  seruannya  dari
keluarga-keluarganya yang dekat kepada seluruh penduduk Mekah.
Suatu  hari  ia naik ke Shafa2 dengan berseru: "Hai masyarakat
Quraisy." Tetapi orang Quraisy itu  lalu  membalas:  "Muhammad
bicara  dari  atas  Shafa."  Mereka lalu datang berduyun-duyun
sambil bertanya-tanya, "Ada apa?"

"Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa
pada  permukaan  bukit  ini  ada  pasukan  berkuda. Percayakah
kamu?"

"Ya," jawab mereka. "Engkau tidak  pernah  disangsikan.  Belum
pernah kami melihat engkau berdusta."

"Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang
sungguh berat," katanya, "Banu Abd'l-Muttalib, Banu Abd Manaf,
Banu  Zuhra,  Banu  Taim,  Banu  Makhzum  dan  Banu Asad Allah
memerintahkan     aku      memberi      peringatan      kepada
keluarga-keluargaku  terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau
akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan  yang  dapat
kuberikan  kepada  kamu,  selain  kamu  ucapkan: Tak ada tuhan
selain Allah."

Atau  seperti  dilaporkan:  Abu  Lahab  -  seorang   laki-laki
berbadan  gemuk dan cepat naik darah - kemudian berdiri sambil
meneriakkan: "Celaka kau hari ini.  Untuk  ini  kau  kumpulkan
kami?"

Muhammad  tak  dapat  bicara.  Dilihatnya pamannya itu. Tetapi
kemudian sesudah itu datang wahyu membawa firman Tuhan:

"Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia.  Tak  ada
gunanya  kekayaan  dan  usahanya  itu. Api yang menjilat-jilat
akan menggulungnya" (Qur'an 102:1-8)

-------------------------------------------------

Untuk ketiga kalinya mereka mendatangi lagi Abu Talib.

"Abu   Talib'"   kata   mereka,  "Engkau  sebagai  orang  yang
terhormat, terpandang  di  kalangan  kami.  Kami  telah  minta
supaya   menghentikan   kemenakanmu   itu,   tapi  tidak  juga
kaulakukan. Kami tidak akan tinggal diam terhadap  orang  yang
memaki  nenek-moyang  kita,  tidak  menghargai harapan-harapan
kita dan mencela berhala-berhala kita - sebelum  kausuruh  dia
diam  atau  sama-sama  kita  lawan dia hingga salah satu pihak
nanti binasa."

Berat sekali bagi Abu  Talib  akan  berpisah  atau  bermusuhan
dengan masyarakatnya. Juga tak sampai hati ia menyerahkan atau
membuat kemenakannya  itu  kecewa.  Gerangan  apa  yang  harus
dilakukannya?

Dimintanya  Muhammad  datang  dan diceritakannya maksud seruan
Quraisy. Lalu  katanya:  "Jagalah  aku,  begitu  juga  dirimu.
Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat kupikul."

--------------------------------------------------

Karena itu, dengan jiwa yang penuh kekuatan  dan  kemauan,  ia
menoleh kepada pamannya seraya berkata:

"Paman,  demi  Allah,  kalaupun  mereka meletakkan matahari di
tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan  kiriku,  dengan
maksud  supaya  aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan
kutinggalkan,  biar  nanti   Allah   yang   akan   membuktikan
kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya."

--------------------------------------------------

Seketika lamanya Abu Talib masih dalam keadaan  terpesona.  Ia
masih  dalam  kebingungan  antara tekanan masyarakatnya dengan
sikap kemanakannya itu. Tetapi  kemudian  dimintanya  Muhammad
datang   lagi,   yang   lalu   katanya:   "Anakku,  katakanlah
sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan  engkau  bagaimanapun
juga!"
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Hijrah ke Abisinia =

"Agama  apa  ini  yang  sampai  membuat tuan-tuan meninggalkan
masyarakat tuan-tuan  sendiri,  tetapi  tidak  juga  tuan-tuan
menganut  agamaku,  atau  agama  lain?"  tanya Najasyi setelah
mereka datang.

Yang diajak bicara ketika itu ialah Ja'far b. Abi b. Talib.

"Paduka Raja,"  katanya,  "ketika  itu  kami  masyarakat  yang
bodoh,  kami  menyembah berhala, bangkaipun kami makan, segala
kejahatan kami lakukan, memutuskan  hubungan  dengan  kerabat,
dengan  ketanggapun  kami  tidak baik; yang kuat menindas yang
lemah. Demikian keadaan kami, sampai  Tuhan  mengutus  seorang
rasul  dari  kalangan kami yang sudah kami kenal asal-usulnya,
dia jujur, dapat dipercaya dan bersih pula. Ia  mengajak  kami
menyembah  hanya  kepada Allah Yang Maha Esa, dan meninggalkan
batu-batu  dan  patung-patung  yang  selama   itu   kami   dan
nenek-moyang  kami  menyembahnya.  Ia  menganjurkan kami untuk
tidak berdusta untuk berlaku jujur serta  mengadakan  hubungan
keluarga  dan  tetangga yang baik, serta menyudahi pertumpahan
darah  dan  perbuatan  terlarang  lainnya.  Ia  melarang  kami
melakukan  segala  kejahatan  dan menggunakan kata-kata dusta,
memakan harta anak piatu atau mencemarkan  wanita-wanita  yang
bersih.    Ia   minta   kami   menyembah   Allah   dan   tidak
mempersekutukanNya.  Selanjutnya  disuruhnya  kami   melakukan
salat,  zakat  dan  puasa. [Lalu disebutnya beberapa ketentuan
Islam].  Kami  pun  membenarkannya.  Kami  turut  segala  yang
diperintahkan  Allah.  Lalu  yang kami sembah hanya Allah Yang
Tunggal, tidak mempersekutukan-Nya dengan apa  dan  siapa  pun
juga.  Segala  yang  diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan
kami lakukan. Karena itulah, masyarakat  kami  memusuhi  kami,
menyiksa  kami  dan  menghasut  supaya kami meninggalkan agama
kami dan kembali menyembah berhala;  supaya  kami  membenarkan
segala  keburukan  yang  pernah kami lakukan dulu. Oleh karena
mereka memaksa  kami,  menganiaya  dan  menekan  kami,  mereka
menghalang-halangi  kami  dari agama kami, maka kamipun keluar
pergi ke negeri tuan ini. Tuan jugalah  yang  menjadi  pilihan
kami.  Senang sekali kami berada di dekat tuan, dengan harapan
di sini takkan ada penganiayaan."

"Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang  dapat  tuan-tuan
bacakan kepada kami?" tanya Raja itu lagi.

"Ya,"  jawab  Ja'far;  lalu  ia  membacakan  Surah Mariam dari
pertama sampai pada firman Allah:

"Lalu ia memberi  isyarat  menunjuk  kepadanya.  Kata  mereka:
Bagaimana  kami akan bicara dengan anak yang masih muda belia?
Dia (Isa) berkata: 'Aku  adalah  hamba  Allah,  diberiNya  aku
Kitab  dan  dijadikanNya  aku  seorang  nabi. DijadikanNya aku
pembawa berkah  dimana  saja  aku  berada,  dan  dipesankanNya
kepadaku  melakukan  sembahyang  dan zakat selama hidupku. Dan
berbaktilah aku kepada ibuku,  bukan  dijadikanNya  aku  orang
congkak  yang  celaka.  Bahagialah aku tatkala aku dilahirkan,
tatkala aku mati dan tatkala aku hidup kembali!'" (Qur'an  19:
29-33)

Setelah  mendengar  bahwa  keterangan itu membenarkan apa yang
tersebut  dalam  Injil,  pemuka-pemuka  istana  itu  terkejut:
"Kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata
Yesus Kristus'" kata mereka.

Najasyi lalu berkata: "Kata-kata  ini  dan  yang  dibawa  oleh
Musa,  keluar  dari sumber cahaya yang sama. Tuan-tuan (kepada
kedua orang utusan Quraisy) pergilah. Kami takkan  menyerahkan
mereka kepada tuan-tuan!"

Keesokan harinya 'Amr bin'l-'Ash kembali menghadap Raja dengan
mengatakan, bahwa  kaum  Muslimin  mengeluarkan  tuduhan  yang
luarbiasa  terhadap  Isa  anak  Mariam.  Panggillah mereka dan
tanyakan apa yang mereka katakan itu.

Setelah mereka datang, Ja'far berkata:  Tentang  dia  pendapat
kami seperti yang dikafakan Nabi kami: 'Dia adalah hamba Allah
dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya  yang  disampaikan  kepada
Perawan Mariam."

Najasyi lalu mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di
tanah. Dan dengan gembira sekali baginda berkata:

"Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak  lebih
dari garis ini."

Setelah  dari  kedua  belah pihak itu didengarnya, ternyatalah
oleh Najasyi, bahwa kaum Muslimin itu mengakui  Isa,  mengenal
adanya Kristen dan menyembah Allah.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Keraguan Quraisy =

Tetapi  apa  yang  terjadi  terhadap diri Muhammad lebih hebat
lagi dari itu. Orang Quraisy  yang  paling  keras  memusuhinya
sudah  mulai  bertanya-tanya  kepada diri sendiri: benarkah ia
mengajak  orang  kepada  agama  yang  benar?  Dan   apa   yang
dijanjikan  dan  diperingatkan  kepada  mereka,  itu pula yang
benar?

Abu Sufyan b. Harb, Abu Jahl b. Hisyam dan al-Akhnas b. Syariq
malam  itu  pergi  ingin  mendengarkan  Muhammad ketika sedang
membaca Qur'an di  rumahnya.  Mereka  masing-masing  mengambil
tempat  sendiri-sendiri  untuk  mendengarkan,  dan tempat satu
sama lain tidak saling diketahui. Muhammad yang  biasa  bangun
tengah  malam,  malam itu juga ia sedang membaca Qur'an dengan
tenang dan damai. Dengan suaranya  yang  sedap  itu  ayat-ayat
suci bergema ke dalam telinga dan kalbu.

Tetapi  sesudah  fajar  tiba,  mereka  yang  mendengarkan  itu
terpencar pulang ke  rumah  masing-masing.  Di  tengah  jalan,
ketika  mereka  bertemu, masing-masing mau saling menyalahkan:
Jangan terulang lagi. Kalau kita dilihat oleh orang-orang yang
masih  bodoh,  ini  akan  melemahkan kedudukan kita dan mereka
akan berpihak kepada Muhammad.

Tetapi pada malam kedua, masing-masing mereka membawa perasaan
yang  sama  seperti  pada  malam kemarin. Tanpa dapat menolak,
seolah kakinya membawanya kembali ke tempat yang  semalam  itu
juga,  untuk mendengarkan lagi Muhammad membaca Qur'an. Hampir
fajar, ketika mereka pulang, bertemu  lagi  mereka  satu  sama
lain dan saling menyalahkan pula. Tetapi sikap mereka demikian
itu tidak  mengalangi  mereka  untuk  pergi  lagi  pada  malam
ketiga.

Setelah  kemudian  mereka  menyadari,  bahwa  dalam menghadapi
dakwah Muhammad itu mereka merasa  lemah,  berjanjilah  mereka
untuk  tidak  saling mengulangi lagi perbuatan mereka demikian
itu. Apa yang sudah mereka dengar  dari  Muhammad  itu,  dalam
jiwa  mereka  tertanam  suatu kesan, sehingga mereka satu sama
lain saling menanyakan pendapat  mengenai  yang  sudah  mereka
dengar itu. Dalam hati mereka timbul rasa takut. Mereka kuatir
akan  jadi  lemah,  mengingat  masing-masing  adalah  pemimpin
masyarakat,  sehingga  dikuatirkan  masyarakatnyapun akan jadi
lemah pula dan menjadi pengikut Muhammad juga.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

Senin, Juni 26, 2006

= Setelah Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah =

Abu  Jahl  segera   menyadari   bahwa   peristiwa   ini   akan
terselesaikan  juga  malam  itu dan orangpun sudah menyetujui.
Kalau dia menentang mereka juga, tentu  akan  timbul  bencana.
Merasa  kuatir,  lalu  cepat-cepat ia pergi. Waktu itu, ketika
Mut'im bersiap akan merobek piagam tersebut, dilihatnya  sudah
mulai  dimakan  rayap,  kecuali  pada bagian pembukaannya yang
berbunyi: "Atas namaMu ya Allah..."

-------------------------------------------------

Sesudah  kehilangan  dua  orang  yang  selalu  membelanya  itu
Muhammad  melihat  Quraisy  makin  keras  mengganggunya.  Yang
paling  ringan diantaranya ialah ketika seorang pandir Quraisy
mencegatnya di tengah jalan lalu  menyiramkan  tanah  ke  atas
kepalanya.  Tahukah  orang  apa  yang  dilakukan  Muhammad? Ia
pulang ke rumah dengan tanah yang masih diatas kepala. Fatimah
puterinya  lalu datang mencucikan tanah yang di kepala itu. Ia
membersihkannya sambil  menangis.  Tak  ada  yang  lebih  pilu
rasanya  dalam  hati  seorang  ayah dari pada mendengar tangis
anaknya,  lebih-lebih  anak  perempuan.   Setitik   air   mata
kesedihan  yang  mengalir  dari  kelopak  mata  seorang puteri
adalah sepercik api yang  membakar  jantung,  membuatnya  kaku
karena  pilu,  dan  karena pilunya ia akan menangis kesakitan.
Juga  secercah  duka  yang  menyelinap  kedalam  hati   adalah
rintihan  jiwa  yang  sungguh keras, terasa mencekik leher dan
hampir pula menggenangi mata.

Sebenarnya Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh bijaksana
dan  penuh  kasih  kepada  puteri-puterinya.  Apakah yang kita
lihat ia lakukan terhadap tangisan anak  perempuan  yang  baru
saja   kehilangan  ibunya  itu?  Yang  menangis  hanya  karena
malapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dan semua itu  ia
hanya menghadapkan hatinya kepada Allah dengan penuh iman akan
segala pertolonganNya.

"Jangan menangis anakku," katanya kepada puterinya yang sedang
berlinang air mata itu. "Tuhan akan melindungi ayahmu."

Kemudian  diulangnya:  "Sebelum  wafat  Abu  Talib orang-orang
Quraisy itu tidak seberapa mengganggu saya."

Sesudah peristiwa itu gangguan Quraisy kepada  Muhammad  makin
menjadi-jadi. Ia merasa tertekan sekali.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Ta'if & Setelah Isra Mi'raj =

Terasing  seorang diri, ia pergi ke Ta'if,2 dengan tiada orang
yang mengetahuinya. Ia pergi ingin  mendapatkan  dukungan  dan
suaka  dari  Thaqif  terhadap  masyarakatnya  sendiri,  dengan
harapan merekapun akan dapat menerima Islam.  Tetapi  ternyata
mereka  juga  menolaknya  secara  kejam sekali. Kalaupun sudah
begitu, ia masih  mengharapkan  mereka  jangan  memberitahukan
kedatangannya minta pertolongan itu, supaya jangan ia disoraki
oleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaannya itupun  tidak
didengar.  Bahkan  mereka  menghasut  orang-orang  pandir agar
bersorak-sorai dan memakinya.

Ia  pergi  lagi  dari  sana,  berlindung  pada  sebuah   kebun
kepunyaan  'Utba dan Syaiba anak-anak Rabi'a. Orang-orang yang
pandir itu kembali pulang. Ia  lalu  duduk  di  bawah  naungan
pohon    anggur.    Ketika    itu   keluarga   Rabi'a   sedang
memperhatikannya dan melihat pula kemalangan yang dideritanya.
Sesudah agak reda, ia mengangkat kepala menengadah ke atas, ia
hanyut dalam suatu  doa  yang  berisi  pengaduan  yang  sangat
mengharukan:

"Allahumma   yang   Allah,   kepadaMu   juga   aku  mengadukan
kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta  kehinaan  diriku  di
hadapan  manusia.  O  Tuhan  Maha  Pengasih,  Maha  Penyayang.
Engkaulah yang melindungi si lemah, dan Engkaulah Pelindungku.
Kepada  siapa  hendak  Kauserahkan  daku?  Kepada  orang  yang
jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada  musuh  yang
akan  menguasai  diriku?  Asalkan Engkau tidak murka kepadaku,
aku  tidak  peduli,  sebab  sungguh   luas   kenikmatan   yang
Kaulimpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang
menyinari kegelapan, dan karenanya  membawakan  kebaikan  bagi
dunia dan akhirat - daripada kemurkaanMu yang akan Kautimpakan
kepadaku.  Engkaulah  yang  berhak  menegur  hingga   berkenan
pada-Mu. Dan tiada daya upaya selain dengan Engkau juga."3

Dalam  memperhatikan  keadaan itu hati kedua orang anak Rabi'a
itu merasa tersentak. Mereka merasa iba  dan  kasihan  melihat
nasib   buruk  yang  dialaminya  itu.  Budak  mereka,  seorang
beragama Nasrani bernama 'Addas, diutus  kepadanya  membawakan
buah  anggur  dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan di atas
buah-buahan itu Muhammad berkata: "Bismillah!" Lalu  buah  itu
dimakannya.

'Addas memandangnya keheranan.

"Kata-kata ini tak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini,"
kata 'Addas.

Lalu Muhammad menanyakan negeri  asal  dan  agama  orang  itu.
Setelah  diketahui  bahwa orang tersebut beragama Nasrani dari
Nineveh, katanya:

"Dari negeri orang baik-baik, Yunus anak Matta."

"Dari mana tuan kenal nama Yunus anak Matta!" tanya 'Addas.

"Dia saudaraku. Dia seorang nabi, dan aku  juga  Nabi,"  jawab
Muhammad.

-------------------------------------------

Pada masa itulah Isra' dan Mi'raj terjadi. Malam itu  Muhammad
sedang  berada  di  rumah saudara sepupunya, Hindun puteri Abu
Talib yang mendapat  nama  panggilan  Umm  Hani'.  Ketika  itu
Hindun mengatakan:

"Malam  itu  Rasulullah  bermalam di rumah saya. Selesai salat
akhir malam, ia tidur dan kamipun tidur.  Pada  waktu  sebelum
fajar  Rasulullah  sudah  membangunkan kami. Sesudah melakukan
ibadat pagi bersama-sama kami, ia berkata:  'Umm  Hani',  saya
sudah  salat  akhir  malam  bersama kamu sekalian seperti yang
kaulihat  di  lembah  ini.  Kemudian  saya  ke   Bait'l-Maqdis
(Yerusalem)   dan   bersembahyang   di   sana.  Sekarang  saya
sembahyang siang bersama-sama kamu seperti kaulihat."

Kataku: "Rasulullah, janganlah menceritakan ini  kepada  orang
lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!"

"Tapi harus saya ceritakan kepada mereka," jawabnya.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Bertemu dengan Orang-orang Yastrib =

Di tempat ini Muhammad menemui mereka dan  menanyakan  keadaan
mereka,   yang  kemudian  diketahuinya,  bahwa  mereka  adalah
kawan-kawan orang-orang Yahudi. Ketika itu orang-orang  Yahudi
di Yathrib mengatakan apabila mereka saling berselisih.

"Sekarang  akan ada seorang nabi utusan Tuhan yang sudah dekat
waktunya. Kami akan jadi pengikutnya dan kami dengan dia  akan
memerangi kamu seperti dalam perang 'Ad dan Iram."

Setelah   Nabi  bicara  dengan  mereka  dan  diajaknya  mereka
bertauhid  kepada  Allah,  satu  sama   lain   mereka   saling
berpandang-pandangan.

"Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan orang-orang Yahudi
kepada kita," kata mereka. "Jangan  sampai  mereka  mendahului
kita."

Seruan  Muhammad mereka sambut dengan baik dan menyatakan diri
mereka masuk Islam. Lalu kata mereka:

"Kami telah meninggalkan golongan kami - yakni Aus dan Khazraj
-  dan  tidak  ada  lagi  golongan  yang saling bermusuhan dan
saling mengancam.  Mudah-mudahan  Tuhan  mempersatukan  mereka
dengan  tuan.  Bila mereka itu sudah dapat dipertemukan dengan
tuan, maka tak adalah orang yang lebih mulia dari tuan."
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Ikrar Aqabah =

Kemudian Muhammad  pun  datang,  bersama  pamannya  'Abbas  b.
Abd'l-Muttalib   -   yang   pada   waktu  itu  masih  menganut
kepercayaan golongannya sendiri. Akan tetapi sejak sebelum itu
ia  sudah  mengetahui  dari kemenakannya ini akan adanya suatu
pakta persekutuan; dan adakalanya hal ini dapat  mengakibatkan
perang. Disebutkan juga, bahwa dia sudah mengadakan perjanjian
dengan Keluarga Muttalib dan Keluarga Hasyim untuk  melindungi
Muhammad.  Maka  dimintanya  ketegasan  kemanakannya  itu  dan
ketegasan golongannya  sendiri,  supaya  jangan  kelak  timbul
bencana   yang  akan  menimpa  Keluarga  Hasyim  dan  Keluarga
Muttalib, dan dengan demikian berarti orang-orang Yathrib  itu
akan  kehilangan  pembela. Atas dasar itulah, maka 'Abbas yang
pertama kali bicara.

"Saudara-saudara dari Khazraj!" kata 'Abbas. "Posisi  Muhammad
di  tengah-tengah kami sudah sama-sama tuan-tuan ketahui. Kami
dan mereka yang sepaham dengan kami telah  melindunginya  dari
gangguan  masyarakat  kami  sendiri.  Dia  adalah  orang  yang
terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan  di
negerinya sendiri. Tetapi dia ingin bergabung dengan tuan-tuan
juga. Jadi kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati  janji
seperti   yang  tuan-tuan  berikan  kepadanya  itu  dan  dapat
melindunginya dari mereka yang menentangnya,  maka  silakanlah
tuan-tuan   laksanakan.  Akan  tetapi,  kalau  tuan-tuan  akan
menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada  di
tempat  tuan-tuan,  maka  dari  sekarang lebih baik tinggalkan
sajalah."

Setelah mendengar keterangan 'Abbas  pihak  Yathrib  menjawab:
"Sudah  kami  dengar  apa  yang tuan katakan. Sekarang silakan
Rasulullah bicara. Kemukakanlah  apa  yang  tuan  senangi  dan
disenangi Tuhan."

Setelah  membacakan  ayat-ayat  Qur'an  dan  memberi  semangat
Islam, Muhammad menjawab:

"Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti  membela
isteri-isteri dan anak-anak tuan-tuan sendiri."

Ketika  itu  Al-Bara'  b.  Ma'rur  hadir. Dia seorang pemimpin
masyarakat dan yang  tertua  di  antara  mereka.  Sejak  ikrar
'Aqaba pertama ia sudah Islam, dan menjalankan semua kewajiban
agama, kecuali dalam sembahyang ia berkiblat ke Ka'bah, sedang
Muhammad  dan  seluruh kaum Muslimin waktu itu masih berkiblat
ke  al-Masjid'l-Aqsha.  Oleh  karena  ia  berselisih  pendapat
dengan  masyarakatnya  sendiri,  begitu mereka sampai di Mekah
segera  mereka  minta  pertimbangan  Nabi.  Muhammad  melarang
Al-Bara' berkiblat ke Ka'bah.

Setelah  tadi  Muhammad  minta  kepada Muslimin Yathrib supaya
membelanya seperti mereka membela isteri dan anak-anak  mereka
sendiri,   Al-Bara'   segera   mengulurkan  tangan  menyatakan
ikrarnya seraya berkata:  "Rasulullah,  kami  sudah  berikrar.
Kami  adalah  orang  peperangan  dan ahli bertempur yang sudah
kami warisi dari leluhur kami."

Tetapi  sebelum   Al-Bara'   selesai   bicara,   Abu'l-Haitham
ibn't-Tayyihan datang menyela:

"Rasulullah,  kami  dengan orang-orang itu - yakni orang-orang
Yahudi  -  terikat  oleh  perjanjian,  yang  sudah  akan  kami
putuskan. Tetapi apa jadinya kalau kami lakukan ini lalu kelak
Tuhan memberikan kemenangan kepada  tuan,  tuan  akan  kembali
kepada masyarakat tuan dan meninggalkan kami?"

Muhammad  tersenyum,  dan katanya: "Tidak, saya sehidup semati
dengan  tuan-tuan.  Tuan-tuan  adalah  saya  dan  saya  adalah
tuan-tuan.  Saya  akan  memerangi  siapa  saja  yang tuan-tuan
perangi,  dan  saya  akan  berdamai  dengan  siapa  saja  yang
tuan-tuan ajak berdamai."

Tatkala  mereka  siap  akan  mengadakan  ikrar  itu, 'Abbas b.
'Ubada datang menyela dengan mengatakan: "Saudara-saudara dari
Khazraj.  Untuk  apakah  kalian  memberikan ikrar kepada orang
ini? Kamu menyatakan ikrar dengan dia tidak  melakukan  perang
terhadap  yang hitam dan yang merah4 melawan orang-orang itu.5
Kalau tuan-tuan merasa, bahwa jika harta benda tuan-tuan habis
binasa  dan  pemuka-pemuka  tuan-tuan mati terbunuh, tuan-tuan
akan menyerahkan dia (kepada musuh), maka  (lebih  baik)  dari
sekarang tinggalkan saja dia. Kalaupun itu juga yang tuan-tuan
lakukan,  ini  adalah  suatu  perbuatan  hina  dunia  akhirat.
Sebaliknya, bila tuan-tuan memang dapat menepati janji seperti
yang tuan-tuan berikan kepadanya  itu,  sekalipun  harta-benda
tuan-tuan   akan   habis  dan  bangsawan-bangsawan  akan  mati
terbunuh, maka silakan saja tuan-tuan terima dia. Itulah suatu
perbuatan yang baik, dunia akhirat."

Orang ramai itu menjawab:

"Akan   kami   terima,   sekalipun   harta-benda  kami  habis,
bangsawan-bangsawan kami terbunuh. Tetapi,  Rasulullah,  kalau
dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?"

"Surga," jawab Muhammad dengan tenang dan pasti.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Bersembunyi di Gua =

Kemudian  pemuda-pemuda Quraisy - yang dari setiap kelompok di
ambil seorang itu - datang. Mereka membawa pedang dan  tongkat
sambil  mundar-mandir  mencari  ke segenap penjuru. Tidak jauh
dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang
lalu ditanya.

"Mungkin  saja  mereka  dalam gua itu, tapi saya tidak melihat
ada orang yang menuju ke sana."

Ketika mendengar jawaban  gembala  itu  Abu  Bakr  keringatan.
Kuatir  ia,  mereka  akan  menyerbu  ke dalam gua. Dia menahan
napas tidak bergerak, dan hanya  menyerahkan  nasibnya  kepada
Tuhan.  Lalu  orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi
kemudian ada yang turun lagi.

"Kenapa   kau   tidak   menjenguk   ke   dalam   gua?"   tanya
kawan-kawannya.

"Ada  sarang  laba-laba  di  tempat itu, yang memang sudah ada
sejak sebelum Muhammad lahir," jawabnya. "Saya melihat ada dua
ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui
tak ada orang di sana."

Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga  makin
ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad
berbisik di telinganya:

"Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita."
La Tahzan, Innallaha ma'an :)

Dalam buku-buku hadis ada juga sumber yang menyebutkan,  bahwa
setelah  terasa  oleh  Abu  Bakr bahwa mereka yang mencari itu
sudah mendekat ia berkata dengan berbisik:

"Kalau mereka ada yang menengok ke bawah  pasti  akan  melihat
kita."

"Abu   Bakr,  kalau  kau  menduga  bahwa  kita  hanya  berdua,
ketiganya adalah Tuhan," kata Muhammad.

Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua  itu  tak  ada
manusia  tatkala  dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di
mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat  masuk  ke  dalamnya
tanpa  menghalau  dahan-dahan  itu.  Ketika itulah mereka lalu
surut kembali. Kedua orang bersembunyi  itu  mendengar  seruan
mereka  supaya  kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman
Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan kepada Rasul.

"Alhamdulillah, Allahuakbar!" kata Muhammad kemudian.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Tiba di Madinah :) =

Berbondong-bondong penduduk  Yathrib  ke  luar  rumah  hendak
menyambut   kedatangan   Muhammad,  pria  dan  wanita.  Mereka
berangkat setelah tersiar berita  tentang  hijrahnya,  tentang
Quraisy yang hendak membunuhnya, tentang ketabahannya menempuh
panas  yang  begitu  membakar  dalam  perjalanan  yang  sangat
meletihkan,   mengarungi   bukit  pasir  dan  batu  karang  di
tengah-tengah dataran Tihama, yang  justru  memantulkan  sinar
matahari  yang  panas  dan  membakar itu. Mereka keluar karena
terdorong ingin mengetahui sekitar  berita  tentang  ajakannya
yang  sudah  tersiar  di seluruh jazirah. Ajakan ini juga yang
sudah mengikis kepercayaan-kepercayaan lama yang diwarisi dari
nenek-moyang mereka, yang sudah dianggap begitu suci.

------------------------------------------

Ternyata  kalangan  Anshar memperlihatkan sikap keramahtamahan
yang luarbiasa terhadap saudara-saudara mereka kaum  Muhajirin
ini,  yang  sejak  semula  sudah  mereka  sambut  dengan penuh
gembira. Sebabnya ialah, mereka telah meninggalkan Mekah,  dan
bersama  itu mereka tinggalkan pula segala yang mereka miliki,
harta-benda dan semua kekayaan. Sebagian besar  ketika  mereka
memasuki  Medinah  sudah hampir tak ada lagi yang akan dimakan
disamping mereka memang bukan orang  berada  dan  berkecukupan
selain  Usman  b.  'Affan.  Sedangkan yang lain sedikit sekali
yang dapat membawa sesuatu yang berguna dari Mekah.

Pada suatu hari Hamzah paman Rasul pergi mendatanginya  dengan
permintaan kalau-kalau ada yang dapat dimakannya. Abdur-Rahman
b. 'Auf yang sudah bersaudara dengan Sa'd  bin'r-Rabi'  ketika
di  Yathrib  ia  sudah  tidak  punya apa-apa lagi. Ketika Sa'd
menawarkan hartanya akan dibagi dua, Abdur-Rahman menolak.  Ia
hanya  minta  ditunjukkan  jalan  ke  pasar. Dan di sanalah ia
mulai berdagang mentega dan keju.  Dalam  waktu  tidak  berapa
lama,  dengan  kecakapannya  berdagang ia telah dapat mencapai
kekayaan kembali, dan dapat pula memberikan  mas-kawin  kepada
salah   seorang   wanita   Medinah.   Bahkan  sudah  mempunyai
kafilah-kafilah yang pergi  dan  pulang  membawa  perdagangan.
Selain Abdur-Rahman, dari kalangan Muhajirin, banyak juga yang
telah melakukan hal serupa itu. Sebenarnya  karena  kepandaian
orang-orang  Mekah  itu  dalam  bidang  perdagangan sampai ada
orang mengatakan: dengan perdagangannya itu ia dapat  mengubah
pasir sahara menjadi emas.

Adapun   mereka  yang  tidak  melakukan  pekerjaan  berdagang,
diantaranya ialah  Abu  Bakr,  Umar,  Ali  b.  Abi  Talib  dan
lain-lain.  Keluarga-keluarga mereka terjun kedalam pertanian,
menggarap  tanah   milik   orang-orang   Anshar   bersama-sama
pemiliknya.   Tetapi   selain   mereka  ada  pula  yang  harus
menghadapi kesulitan dan kesukaran hidup.  Sungguhpun  begitu,
mereka ini tidak mau hidup menjadi beban orang lain. Merekapun
membanting  tulang  bekerja,  dan  dalam  bekerja  itu  mereka
merasakan  adanya ketenangan batin, yang selama di Mekah tidak
pernah mereka rasakan.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Kepribadian Beliau =

Sekali  pernah  ia  mendatangi  sekelompok  sahabat-sahabatnya
sambil  bertelekan  pada  sebatang  tongkat.  Mereka   berdiri
menyambutnya.  Tapi  dia berkata: "Jangan kamu berdiri seperti
orang-orang asing yang mau saling diagungkan.

Apabila ia mengunjungi sahabat-sahabatnya iapun  duduk  dimana
saja   ada   tempat   yang   terluang.   Ia   bergurau  dengan
sahabat-sahabatnya, bergaul dengan  mereka,  diajaknya  mereka
bercakap-cakap, anak-anak merekapun diajaknya bermain-main dan
didudukkannya mereka itu dipangkuannya.  Dipenuhinya  undangan
yang  datang  dari  orang  merdeka  atau  dari si budak dan si
miskin. Dikunjunginya  orang  yang  sedang  sakit,  yang  jauh
tinggal  di  sana, di ujung kota. Orang yang datang minta maaf
dimaafkannya. Dan ia yang memulai memberi salam  kepada  orang
yang  dijumpainya.  Ia  yang  lebih  dulu  mengulurkan  tangan
menjabat sahabat-sahabatnya. Apabila ada orang  yang  menunggu
ia  sedang  salat, dipercepatnya sembahyangnya lalu ditanyanya
orang itu akan  keperluannya.  Sesudah  itu  kembali  lagi  ia
meneruskan  ibadatnya.  Baik  hati  ia kepada setiap orang dan
selalu senyum.  Dalam  rumah-tangga,  ia  ikut  memikul  beban
keluarga:  ia  mencuci  pakaian,  menambalnya dan memerah susu
kambing. Ia juga yang menjahit terompahnya,  menolong  dirinya
sendiri  dan  mengurus  unta.  Ia  duduk  makan bersama dengan
bujang, ia juga mengurus  keperluan  orang  yang  lemah,  yang
menderita  dan orang miskin. Apabila ia melihat seseorang yang
sedang dalam kebutuhan ia dan keluarganya mengalah,  sekalipun
mereka   sendiri   dalam  kekurangan,  tak  ada  sesuatu  yang
disimpannya untuk  besok;  sehingga  tatkala  ia  wafat,  baju
besinya  sedang  tergadai  di  tangan  seorang Yahudi - karena
untuk keperluan belanja keluarganya. Sangat  rendah  hati  ia,
selalu  memenuhi janji. Tatkala ada sebuah delegasi dari pihak
Najasi datang, dia  sendiri  yang  melayani  mereka,  sehingga
sahabat-sahabat menegurnya:

"Sudah cukup ada yang lain," kata sahabat-sahabatnya itu.

"Mereka  sangat  menghormati  sahabat-sahabat  kita," katanya.
"Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Sebelum Perang Badar =

Sekarang   ia   bermusyawarah    dengan    sahabat-sahabatnya.
Diberitahukannya kepada mereka tentang keadaan Quraisy menurut
berita yang sudah diterimanya. Abu Bakr  dan  Umar  juga  lalu
memberikan   pendapat.   Kemudian   Miqdad   b.   'Amr  tampil
mengatakan:

"Rasulullah, teruskanlah apa  yang  sudah  ditunjukkan  Allah.
Kami  akan  bersama  tuan.  Kami tidak akan mengatakan seperti
Banu Israil yang berkata kepada  Musa:  "Pergilahkamu  bersama
Tuhanmu, dan berperanglah. Kami di sini akan tinggal menunggu.
Tetapi, pergilah engkau dan Tuhanmu,  dan  berperanglah,  kami
bersamamu akan juga turut berjuang."

Semua orang diam.

"Berikan  pendapat  kamu  sekalian kepadaku," kata Rasul lagi.
Kata-kata ini sebenarnya ditujukan kepada  pihak  Anshar  yang
telah menyatakan Ikrar 'Aqaba, bahwa mereka akan melindunginya
seperti terhadap sanak keluarganya sendiri, tapi mereka  tidak
mengadakan ikrar itu untuk mengadakan serangan keluar Medinah.

Tatkala pihak Anshar merasa bahwa memang mereka yang dimaksud,
maka Sa'd b. Musadh  yang  memegang  pimpinan  mereka  menoleh
kepada Muhammad.

"Agaknya yang dimaksud Rasulullah adalah kami," katanya.

"Ya," jawab Rasul.

"Kami  telah  percaya kepada Rasul dan membenarkan," kata Sa'd
pula, "Kamipun telah menyaksikan bahwa apa  yang  kaubawa  itu
adalah  benar.  Kami  telah  memberikan janji kami dan jaminan
kami,  bahwa  kami  akan  tetap  taat   setia.   Laksanakanlah
kehendakmu,  kami  disampingmu. Demi yang telah mengutus kamu,
sekiranya kaubentangkan  lautan  di  hadapan  kami,  lalu  kau
terjun menyeberanginya, kamipun akan terjun bersamamu, dan tak
seorangpun dari kami akan tinggal  di  belakang.  Kami  takkan
segan-segan  menghadapi  musuh  kita  besok.  Kami cukup tabah
dalam perang, cukup setia bertempur. Semoga Tuhan  membuktikan
segalanya  dari  kami  yang  akan menyenangkan hatimu. Ajaklah
kami bersama, dengan berkah Tuhan."

Begitu Sa'd selesai bicara,  wajah  Muhammad  tampak  berseri.
Tampaknya ia puas sekali; seraya katanya:

"Berangkatlah,   dan   gembirakan!   Allah  sudah  menjanjikan
kepadaku  atas  salah  satunya   dari   dua   kelompok4   itu.
Seolah-olah kini kehancuran mereka itu tampak di hadapanku."
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Deskripsi Perang =

Inilah perang Badr, yang kemudian telah memberikan tempat yang
stabil kepada umat Islam  di  seluruh  tanah  Arab,  dan  yang
merupakan   suatu   pendahuluan   lahirnya  persatuan  seluruh
semenanjung  di  bawah  naungan  Islam,  juga  sebagai   suatu
pendahuluan  adanya persekemakmuran Islam yang terbentang luas
sekali. Ia telah menanamkan sebuah peradaban besar  di  dunia,
yang  sampai  sekarang masih dan akan terus mempunyai pengaruh
yang dalam di dalam jantung kehidupan dunia.

Bukan tidak  mungkin  orang  akan  merasa  kagum  sekali  bila
mengetahui,  bahwa, meskipun Muhammad sudah begitu mengerahkan
sahabat-sahabatnya dan mengharapkan  terkikisnya  musuh  Tuhan
dan musuhnya itu, namun sejak semula terjadinya pertempuran ia
sudah minta kepada Muslimin untuk tidak membunuh  Banu  Hasyim
dan   tidak   membunuh   orang-orang  tertentu  dari  kalangan
pembesar-pembesar Quraisy, sekalipun pada dasarnya mereka akan
membunuh  setiap  orang  dari  pihak  Islam  yang dapat mereka
bunuh. Dan jangan pula orang mengira, bahwa ia berbuat  begitu
karena  ia  mau membela keluarganya atau siapa saja yang punya
pertalian keluarga dengan dia. Jiwa Muhammad jauh lebih  besar
daripada  akan  terpengaruh  oleh hal-hal serupa itu. Apa yang
menjadi pertimbangannya ialah, ia masih ingat Banu Hasyim dulu
yang telah berusaha melindunginya selama tigabelas tahun sejak
mula masa kerasulannya hingga  masa  hijrahnya,  sampai-sampai
Abbas  pamannya  ikut  menyertainya  pada malam diadakan ikrar
'Aqaba. Juga jasa orang lain  yang  masih  kafir  di  kalangan
Quraisy di luar Banu Hasyim yang menuntut dibatalkannya piagam
pemboikotan, yang  oleh  Quraisy  dia  dan  sahabat-sahabatnya
dipaksa  tinggal di celah-celah gunung, setelah semua hubungan
oleh  mereka  itu  diputuskan.  Segala  kebaikan  yang   telah
diberikan  oleh  mereka  masing-masing  oleh Muhammad dianggap
sebagai suatu jasa yang harus mendapat balasan setimpal, harus
mendapat  balasan  sepuluh  kali  lipat.  Oleh karena itu oleh
Muslimin   ia   dianggap   sebagai   perantara   bagi   mereka
masing-masing selama terjadi pertempuran, meskipun di kalangan
Quraisy sendiri masih ada yang menolak  pemberian  pengampunan
itu seperti yang dilakukan oleh Abu'l-Bakhtari - salah seorang
yang ikut  melaksanakan  dicabutnya  piagam.  Ia  menolak  dan
terbunuh.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Setelah Perang Badar =

Hari  itu  yang  datang  adalah Mikraz b. Hafz, hendak menebus
Suhail b. 'Amr. Rupanya  Umar  bin'l-Khattab  keberatan  kalau
orang  itu bebas tanpa mendapat sesuatu gangguan. Maka lalu ia
berkata:

"Rasulullah. Ijinkan saya mencabut dua  gigi  seri  Suhail  b.
'Amr  ini,  supaya  lidahnya  menjulur  keluar  dan tidak lagi
berpidato mencercamu di mana-mana."

Tapi ini dijawab oleh Nabi dengan suatu jawaban  yang  sungguh
agung:

"Aku  tidak  akan  memperlakukannya secara kasar, supaya Tuhan
tidak memperlakukan aku demikian, sekalipun aku seorang nabi."

Zainab  puteri  Nabi  juga  lalu  mengirimkan  tebusan  hendak
membebaskan  suaminya,  Abu'l-'Ash  b.  Rabi'.  Diantara  yang
dipakai penebus itu ialah sebentuk kalung  pemberian  Khadijah
ketika dulu ia akan dikawinkan dengan Abu'l-'Ash.

Melihat kalung itu, Nabi merasa sangat terharu sekali

"Kalau   tuan-tuan   hendak  melepaskan  seorang  tawanan  dan
mengembalikan  barang  tebusannya  kepada  sipemilik,  silakan
saja," kata Nabi.

Kemudian  ia  mendapat  kata  sepakat  dengan Abu'l-'Ash untuk
menceraikan Zainab, yang  menurut  hukum  Islam  mereka  sudah
bercerai. Dalam pada itu Muhammad mengutus Zaid b. Haritha dan
seorang sahabat lagi guna menjemput Zainab dan  membawanya  ke
Medinah.

Akan  tetapi sesudah sekian lama Abu'l-'Ash dibebaskan sebagai
tawanan, ia berangkat ke Syam membawa barang dagangan Quraisy.
Sesampainya   di  dekat  Medinah,  ia  bertemu  dengan  satuan
Muslimin. Barang-barang bawaannya mereka ambil. Ia  meneruskan
perjalanan  dalam  gelap malam itu hingga ke tempat Zainab. Ia
minta perlindungan dari  Zainab  dan  Zainabpun  melindunginya
pula.  Ketika  itu barang-barang dagangannya dikembalikan oleh
Muslimin kepadanya  dan  dengan  aman  ia  kembali  ke  Mekah.
Setelah  barang-barang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya
masing-masing dari kalangan Quraisy, ia berkata:

"Masyarakat  Quraisy!  masih  adakah  dari  kamu  yang   belum
mengambil barangnya?"

"Tidak  ada,"  jawab  mereka.  "Mudah-mudahan  Tuhan  membalas
kebaikanmu. Engkau ternyata orang yang jujur dan murah hati."

"Saya naik saksi," katanya lagi kemudian, "bahwa tak ada tuhan
selain  Allah  dan  bahwa  Muhammad adalah hamba dan RasulNya.
Sebenarnya saya dapat saja masuk Islam di  kotanya  itu,  tapi
saya  kuatir  tuan-tuan  akan  menduga, bahwa saya hanya ingin
makan harta tuan-tuan ini. Setelah semua ini  saya  kembalikan
kepada  tuan-tuan  dan  tugas saya selesai, maka sekarang saya
masuk Islam."

Kemudian  ia  kembali  ke  Medinah.  Zainab  juga  oleh   Nabi
dikembalikan lagi kepadanya. 
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Sebelum Perang Uhud =

"Mudah-mudahan Tuhan memberikan kemenangan kepada  kita,  atau
sebaliknya  kita  mati  syahid,"  kata  Khaithama  Abu Sa'd b.
Khaithama. "Dalam perang Badr saya telah meleset. Saya  sangat
mendambakannya sekali, sehingga begitu besarnya kedambaan saya
sampai  saya  bersama  anak  saya  turut  ambil  bagian  dalam
pertempuran  itu.  Tapi  kiranya  dia yang beruntung; ia telah
gugur, mati syahid. Semalam saya bermimpi bertemu dengan  anak
saya,  dan  dia  berkata:  Susullah  kami,  kita bertemu dalam
surga. Sudah saya terima  apa  yang  dijanjikan  Tuhan  kepada
saya.  Ya Rasulullah, sungguh rindu saya akan menemuinya dalam
surga. Saya sudah tua, tulang sudah rapuh. Saya ingin  bertemu
Tuhan."

Setelah  jelas  sekali suara terbanyak ada pada pihak yang mau
menyerang dan menghadapi musuh di luar kota, Muhammad  berkata
kepada mereka:

"Saya kuatir kamu akan kalah."

Tetapi  mereka  ingin berangkat juga. Tak ada jalan lain iapun
menyerah kepada pendapat mereka.  Cara  musyawarah  ini  sudah
menjadi   undang-undang   dalam  kehidupannya.  Dalam  sesuatu
masalah ia tidak mau bertindak  sendiri,  kecuali  yang  sudah
diwahyukan Tuhan kepadanya.

Hari  itu  hari  Jum'at.  Nabi memimpin sembahyang jamaah, dan
kepada mereka diberitahukan, bahwa atas ketabahan hati  mereka
itu,  mereka  akan  beroleh kemenangan. Lalu dimintanya mereka
bersiap-siap menghadapi musuh.

Selesai  sembahyang  Asar  Muhammad  masuk  kedalam   rumahnya
diikuti  oleh  Abu  Bakr  dan Umar. Kedua orang ini memakaikan
sorban dan baju besinya  dan  ia  mengenakan  pula  pedangnya.
Sementara  ia tak ada di tempat itu orang di luar sedang ramai
bertukar pikiran. Usaid  b.  Hudzair  dan  Sa'd  b.  Mu'adh  -
keduanya  termasuk  orang  yang berpendapat mau bertahan dalam
kota berkata kepada  mereka  yang  berpendapat  mau  menyerang
musuh di luar:

"Tuan-tuan  mengetahui,  Rasulullah  berpendapat  mau bertahan
dalam  kota,  lalu  tuan-tuan  berpendapat  lain   lagi,   dan
memaksanya  bertempur  ke  luar.  Dia  sendiri  enggan berbuat
demikian. Serahkan sajalah soal ini  di  tangannya.  Apa  yang
diperintahkan  kepadamu, jalankanlah. Apabila ada sesuatu yang
disukainya atau ada pendapatnya, taatilah."

Mendengar  keterangan  itu  mereka  yang   menyerukan   supaya
menyerang  saja,  jadi  lebih  lunak.  Mereka menganggap telah
menentang Rasul mengenai sesuatu yang mungkin itu datang  dari
Tuhan.  Setelah  kemudian Nabi datang kembali ke tengah-tengah
mereka, dengan memakai baju besi  dan  sudah  pula  mengenakan
pedangnya,  mereka  yang tadinya menghendaki supaya mengadakan
serangan berkata:

"Rasulullah,  bukan  maksud  kami   hendak   menentang   tuan.
Lakukanlah  apa yang tuan kehendaki. Juga kami tidak bermaksud
memaksa tuan. Soalnya pada Tuhan, kemudian pada tuan."

"Kedalam pembicaraan yang semacam inilah saya  ajak  tuan-tuan
tapi  tuan-tuan  menolak,"  kata  Muhammad. "Tidak layak bagi
seorang nabi yang apabila  sudah  mengenakan  pakaian  besinya
lalu  akan  menanggalkannya  kembali, sebelum Tuhan memberikan
putusan antara dirinya dengan musuhnya. Perhatikanlah apa yang
saya   perintahkan  kepada  kamu  sekalian,  dan  ikuti.  Atas
ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu."

Demikianlah  prinsip  musyawarah  itu  oleh   Muhammad   sudah
dijadikan  undang-undang  dalam  kehidupannya. Apabila sesuatu
masalah yang dibahas telah diterima  dengan  suara  terbanyak,
maka  hal itu tak dapat dibatalkan oleh sesuatu keinginan atau
karena  ada  maksud-maksud  tertentu.  Sebaliknya   ia   harus
dilaksanakan,  tapi orang yang akan melaksanakannya harus pula
dengan cara yang sebaik-baiknya dan diarahkan ke suatu sasaran
yang yang akan mencapai sukses.

Sekarang  Muhammad  berangkat  memimpin  kaum  Muslimin menuju
Uhud. Di Syaikhan5 ia berhenti. Dilihatnya di tempat  itu  ada
sepasukan  tentara  yang  identitasnya  belum  dikenal. Ketika
ditanyakan, kemudian diperoleh keterangan,  bahwa  mereka  itu
orang-orang  Yahudi  sekutu  Abdullah b. Ubayy. Lalu kata Nabi
'alaihi'ssalam: "Jangan minta pertolongan orang-orang  musyrik
dalam melawan orang musyrik, - sebelum mereka masuk Islam."
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Sesaat Sebelum Perang Uhud =

Kedua belah pihak sudah siap  bertempur.  Masing-masing  sudah
mengerahkan  pasukannya.  Yang  selalu  teringat  oleh Quraisy
ialah  peristiwa  Badr  dan  korban-korbannya.   Yang   selalu
teringat  oleh kaum Muslimin ialah Tuhan serta pertolonganNya.
Muhammad berpidato dengan memberi  semangat  dalam  menghadapi
pertempuran  itu.  Ia  menjanjikan  pasukannya  akan  mendapat
kemenangan apabila mereka tabah.  Sebilah  pedang  dipegangnya
sambil ia berkata:

"Siapa  yang  akan memegang pedang ini guna disesuaikan dengan
tugasnya?"

Beberapa orang tampil. Tapi pedang itu  tidak  pula  diberikan
kepada mereka. Kemudian Abu Dujana Simak b. Kharasya dari Banu
Sa'ida tampil seraya berkata:

"Apa tugasnya, Rasulullah?"

"Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada  musuh  sampai  ia
bengkok," jawabnya.

Abu Dujana seorang laki-laki yang sangat berani. Ia mengenakan
pita (kain) merah. Apabila  pita  merah  itu  sudah  diikatkan
orangpun  mengetahui,  bahwa ia sudah siap bertempur dan waktu
itupun ia sudah mengeluarkan pita mautnya itu.

Pedang  diambilnya,  pita  dikeluarkan  lalu  diikatkannya  di
kepala.  Kemudian ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu
seperti biasanya apabila ia sudah siap menghadapi pertempuran.

"Cara berjalan begini  sangat  dibenci  Allah,  kecuali  dalam
bidang  ini,"  kata  Muhammad  setelah  dilihatnya  orang  itu
berlagak. :)
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Perang Uhud =

Akan  tetapi begitu Quraisy mendengar Muhammad telah terbunuh,
seperti banjir mereka terjun mengalir ke  jurusan  tempat  dia
tadinya   berada.   Masing-masing  ingin  supaya  dialah  yang
membunuhnya atau ikut memegang peranan didalamnya,  suatu  hal
yang  akan  dibanggakan  oleh generasi kemudian. Ketika itulah
Muslimin   yang   dekat   sekali   dengan    Nabi    bertindak
mengelilinginya,  menjaga dan melindunginya. Iman mereka telah
tergugah kembali memenuhi  jiwa,  mereka  kembali  mendambakan
mati, dan hidup duniawi ini dirasanya sudah tak ada arti lagi.
Iman mereka makin besar,  keberanian  mereka  makin  bertambah
bilamana  mereka  melihat  batu  yang  dilemparkan Quraisy itu
telah  mengenai  diri  Nabi.  Gigi  gerahamnya  yang   setelah
terkena,  wajahnya  pecah-pecah  dan  bibirnya  luka-luka. Dua
keping lingkaran rantai  topi  besi  yang  menutupi  wajahnya,
telah   menusuk   pula   menembusi   pipinya.  Batu-batu  yang
menimpanya itu dilemparkan oleh 'Utba b. Abi Waqqash.

Sekarang  Rasul  dapat  menguasai  diri.  Ia  berJalan  sambil
dikelilingi   oleh   sahabat-sahabat.   Tetapi   tiba-tiba  ia
terperosok kedalam sebuah lubang yang sengaja digali oleh  Abu
'Amir guna menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat Ali b. Abi
Talib menghampirinya, dipegangnya  tangannya,  dan  Talha  bin
'Ubaidillah   mengangkatnya  hingga  ia  berdiri  kembali.  Ia
meneruskan perjalanan  dengan  sahabat-sahabatnya  itu,  terus
mendaki  Gunung  Uhud, dan dengan demikian dapat menyelamatkan
diri dari kejaran musuh.

Pada waktu itu juga  Muslimin  berkumpul  di  sekitar  mereka.
Dalam   membela   Rasul  dan  menjaga  keselamatannya,  mereka
bersedia mati. Hari itu menjelang  tengah  hari,  Umm  'Umara6
seorang  wanita Anshar, berangkat pula membawa air berkeliling
dengan membagi-bagikan air itu  kepada  Muslimin  yang  sedang
berjuang   itu.  Setelah  melihat  Muslimin  terpukul  mundur,
dilemparkannya tempat air  itu  dan  dengan  menghunus  pedang
wanita   itu  terjun  pula  ikut  bertempur,  Ikut  melindungi
Muhammad dengan  pedang  dan  dengan  melepaskan  anak  panah,
sehingga  karenanya dia sendiri mengalami luka-luka. Sementara
Abu  Dujana  membuat  dirinya   sebagai   perisai   melindungi
Rasulullah,   dengan   membungkukkan   punggungnya,   sehingga
lemparan anak panah musuh mengenai dirinya.  Sedang  disamping
Muhammad  Sa'd  b.  Abi  Waqqash  melepaskan pula panahnya dan
Muhammad memberikan anak panah itu seraya  berkata:  "Lepaskan
(anak panah itu). Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu."7

Sebelum   itu   Muhammad  melepaskan  sendiri  anak  panahnya,
sampai-sampai ujung busurnya itu patah.

Adapun mereka  yang  mengira  Muhammad  telah  tewas  termasuk
diantara mereka itu  Abu  Bakr dan Umar   pergi ke arah gunung
dan mereka ini sudah  pasrah.  Hal  ini  diketahui  oleh  Anas
bin'n-Nadzr yang lalu berkata kepada mereka:

"Kenapa kamu duduk-duduk di sini?"

"Rasulullah sudah terbunuh," jawab mereka.

"Perlu apa lagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah
kita juga mati untuk tujuan yang sama."

Kemudian ia maju menghadapi musuh. Ia  bertempur  mati-matian,
bertempur  tiada  taranya.  Akhimya  ia  baru  menemui ajalnya
setelah mengalami tujuhpuluh pukulan  musuh,  sehingga  ketika
itu  orang  tidak  dapat  lagi mengenalnya, kalau tidak karena
saudara perempuannya yang datang dan dapat mengenal  dia  dari
ujung jarinya.

Karena sudah percaya sekali akan kematian Muhammad, bukan main
girangnya pihak Quraisy waktu itu, Abu  Sufyanpun  sibuk  pula
mencarinya  di tengah-tengah para korban. Soalnya ialah mereka
yang telah  menjaga  keselamatan  Rasulullah  tidak  membantah
berita  kematiannya  itu,  sebab memang diperintahkan demikian
oleh Rasul, dengan maksud supaya pihak Quraisy  jangan  sampai
memperbanyak   lagi   jumlah   pasukannya  yang  berarti  akan
memberikan kemenangan kepada mereka.

Akan tetapi tatkala Ka'b bin Malik datang mendekati Abu Dujana
dan anak buahnya, ia segera mengenal Muhammad waktu dilihatnya
sinar matanya  yang  berkilau  dan  balik  topi  besi  penutup
mukanya   itu.   Ia   memanggil-manggil   dengan   suara  yang
sekeras-kerasnya:

"Saudara-saudara  kaum   Muslimin!   Selamat,   selamat!   Ini
Rasulullah!"

Ketika  itu Nabi memberi isyarat kepadanya supaya diam. Tetapi
begitu Muslimin mengetahui hal itu, Nabi segera mereka  angkat
dan  iapun  berjalan  pula  bersama mereka ke arah celah bukit
didampingi oleh Abu Bakr,  Umar,  Ali  b.  Abi  Talib,  Zubair
bin'l-'Awwam  dan  yang  lain.  Teriakan  Ka'b  itu pada pihak
Quraisy juga ada pengaruhnya. Memang benar,  bahwa  sebahagian
besar  mereka  tidak  mempercayai  teriakan itu, sebab menurut
anggapan mereka  itu  hanya  untuk  memperkuat  semangat  kaum
Muslimin  saja.  Tetapi  dari  mereka  itu  ada juga yang lalu
segera pergi mengikuti  Muhammad  dan  rombongannya  itu  dari
belakang.  Ubayy b. Khalaf kemudian dapat menyusul mereka, dan
lalu bertanya:

"Mana Muhammad?! Aku tidak akan selamat kalau dia  yang  masih
selamat," katanya.

Waktu  itu  juga oleh Rasul ia ditetaknya dengan tombak Harith
bin'sh-Shimma  demikian  rupa,  sehingga  ia  terhuyung-huyung
diatas  kudanya  dan  kembali  pulang  untuk  kemudian mati di
tengah jalan.

Sesampainya Muslimin  di  ujung  bukit  itu,  Ali  pergi  lagi
mengisi  air  ke  dalam  perisai kulitnya. Darah yang di wajah
Muhammad dibasuhnya serta menyirami kepalanya dengan air.  Dua
keping  pecahan  rantai  besi  penutup muka yangmenembus wajah
Rasul itu oleh Abu 'Ubaida  bin'l-Jarrah  dicabut  sampai  dua
buah gigi serinya tanggal.

------------------------------------------

Selesai menguburkan mayat-mayatnya sendiri. Quraisypun  pergi.
Sekarang kaum Muslimin kembali ke garis depan guna menguburkan
mayat-mayatnya pula. Kemudian Muhammad  pergi  hendak  mencari
Hamzah,   pamannya.  Bilamana  kemudian  ia  melihatnya  sudah
dianiaya dan perutnya sudah dibedah, ia  merasa  sangat  sedih
sekali, sehingga ia berkata:

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti kau ini.
Belum pernah  aku  menyaksikan  suatu  peristiwa  yang  begitu
menimbulkan  amarahku  seperti  kejadian  ini."  Lalu katanya
lagi: "Demi Allah, kalau pada suatu  ketika  Tuhan  memberikan
kemenangan  kepada  kami melawan mereka, niscaya akan kuaniaya
mereka dengan cara yang  belum  pernah  dilakukan  oleh  orang
Arab."

Dalam kejadian inilah firman Tuhan turun.

"Dan  kalau  kamu mengadakan pembalasan, balaslah seperti yang
mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau  kamu  tabah  hati,
itulah  yang  paling  baik  bagi  mereka  yang  berhati  tabah
(sabar). Dan hendaklah  kau  tabahkan  hatimu,  dan  ketabahan
hatimu itu hanyalah dengan berpegang kepada Tuhan. Jangan pula
engkau bersedih hati terhadap mereka, jangan  engkau  bersesak
dada  menghadapi apa yang mereka rencanakan itu." (Qur'an, 16:
126 - 127)
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Perang Khandaq =

"Tatkala mereka datang kepadamu dari jurusan atas  dan  bawah,
dan pandangan mata sudah jadi kabur, hati pun naik menyekat di
kerongkongan (sangat gelisah), ketika  itu  kamu  berprasangka
tentang  Tuhan,  prasangka  yang  salah  belaka.  Saat  itulah
orang-orang yang beriman mendapat cobaan dan mereka  mengalami
keguncangan  yang  hebat sekali. Dan ingat! ketika orang-orang
munafik dan orang-orang yang  berpenyakit  dalam  hatinya  itu
berkata:  Apa  yang  dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kami
hanyalah tipu daya  belaka.  Juga  ketika  ada  satu  golongan
diantara  mereka itu berkata: "Wahai penduduk Yathrib! Tak ada
tempat buat kamu. Kembalilah kamu pulang."  Dan  ada  sebagian
dari  mereka itu yang meminta ijin kepada Nabi seraya berkata:
'Sesungguhnya rumah-rumah  kami  terbuka.'  Tetapi  sebenarnya
tidak  terbuka.  Hanya  saja mereka itu ingin melarikan diri."
(Qur'an, 33: 10-13)

Tetapi buat  penduduk  Yathrib  masih  dapat  dimaafkan  kalau
mereka   sampai   begitu  takut  dan  hati  mereka  terguncang
karenanya. Mereka yang masih dapat dimaafkan  itu  ialah  yang
berpendapat:   Dulu  Muhammad  menjanjikan  kami,  bahwa  kami
mendapat  harta  kekayaan  Kisra  dan  Kaisar  Rumawi.  Tetapi
sekarang  orang  sudah  merasa tidak aman lagi sekalipun hanya
akan pergi ke kebun. Pandangan mata mereka yang jadi kabur pun
dapat  dimaafkan.  Demikian  juga  mereka  yang  merasa sangat
gelisah dalam ketakutan dapat juga  dimaafkan.  Bukankah  maut
juga  yang  sekarang  sedang  menari-nari  di  depan  matanya,
menjilat-jilat menyala keluar dari mata pedang yang di  tangan
Quraisy  dan  Ghatafan,  menyusup-nyusup  kedalam hati sebagai
ancaman, dan juga yang datang dari  rumah-rumah  Banu  Quraiza
yang   berkhianat  itu?  Sungguh  celaka  orang-orang  Yahudi.
Sungguh patut sekali kalau Muhammad mengikis habis  saja  Banu
Nadzir  itu  daripada  hanya  sekedar  membiarkan mereka pergi
dalam  keadaan  berkecukupan,  serta  membiarkan  Huyayy   cs.
menghasut   masyarakat   dan   kabilah-kabilah   Arab   supaya
menghantam kaum Muslimin. Ya,  sungguh  suatu  bencana  besar,
suatu  ancaman  besar.  "Tak ada daya upaya kalau tidak dengan
Allah juga."

---------------------------------------

Malam harinya angin topan  bertiup  kencang  sekali,  disertai
oleh   hujan   yang   turun   dengan   lebatnya.  Bunyi  petir
menderu-deru     diselingi      oleh      halilintar      yang
sambung-menyambung.  Tiba-tiba angin topan itu bertiup kencang
sekali dan kuali-kuali tempat mereka  masak  terbalik  belaka.
Sekarang  timbul  rasa takut dalam hati. Terbayang oleh mereka
bahwa  kaum  Muslimin  akan  mengambil  kesempatan  ini  untuk
menyerang   dan  menghantam  mereka.  Ketika  itu  Tulaiha  b.
Khuailid tampil seraya berteriak: "Muhammad  telah  mendahului
menyerang kita. Selamatkan dirimu ! Selamatkan!"

"Saudara-saudara dari Quraisy," kata Abu Sufyan. "Tidak layak
lagi kita tinggal lama-lama di tempat ini. Pasukan  kita  yang
terdiri  dari  kuda  dan unta sudah binasa, Banu Quraiza sudah
tidak  menepati  janjinya  lagi  dengan  kita,   bahkan   kita
mendengar  hal-hal  dari  mereka yang tidak menyenangkan hati.
Ditambah lagi kita menghadapi angin yang begitu dahsyat.  Maka
lebih baik pulang sajalah. Saya pun akan berangkat pulang."

Ditengah-tengah  angin  yang  masih bertiup kencang, rombongan
itu berangkat  dengan  membawa  perbekalan  seringan  mungkin,
diikuti oleh Ghatafan dan kelompok-kelompok lainnya.

Keesokan  harinya  sudah tidak seorang juga yang dijumpai oleh
Muhammad di tempat itu. Ia pun lalu kembali pulang ke  Medinah
bersama-sama   umat   Islam  yang  lain.  Mereka  bersama-sama
menyatakan rasa syukur  yang  sedalam-dalamnya  kepada  Tuhan,
karena   mereka  telah  terhindar  dari  segala  mara  bahaya,
orang-orang  beriman   itu   tidak   sampai   terlibat   dalam
pertempuran.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Sebelum Umrah =

Telah lampau enam tahun  sejak  hijrah,  kaum  Muslimin  sudah
gelisah  sekali  karena  rindu  ingin  berziarah ke Ka'bah dan
ingin menunaikan ibadah haji dan umrah. Pada suatu  pagi  bila
mereka    sedang   berkumpul   di   mesjid,   tiba-tiba   Nabi
memberitahukan kepada mereka bahwa  ia  telah  mendapat  ilham
dalam  mimpi  hakiki,  bahwa  insya Allah mereka akan memasuki
Mesjid Suci dengan aman tenteram, dengan kepala  dicukur  atau
digunting tanpa akan merasa takut.

Begitu  mereka mendengar berita mengenai mimpi Rasulullah itu,
serentak mereka mengucap; Alhamdulillah. Secepat kilat  berita
ini   telah   tersebar  ke  seluruh  penjuru  Medinah.  Tetapi
bagaimana caranya memasuki Masjid Suci itu? Dengan  perangkah?
Ataukah  orang-orang  Quraisy  secara paksa harus dikosongkan?
Atau barangkali  Quraisy  dengan  tunduk  menyerah  membukakan
jalan?
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Sebelum Perjanjian Hudaibiyah =

Tatkala Nabi melihatnya ia datang,  dimintanya  supaya  ternak
kurban  itu  dilepaskan  didepan matanya, supaya dapat melihat
dengan mata kepala  sendiri  adanya  suatu  bukti  yang  sudah
jelas,  bahwa  orang-orang  yang oleh Quraisy hendak diperangi
itu tidak lain adalah orang-orang yang datang hendak berziarah
ke  Rumah Suci. Hulais dapat menyaksikan sendiri adanya ternak
kurban yang tujuhpuluh ekor itu,  mengalir  dari  tengah  wadi
dengan  bulu  yang  sudah  rontok.  Terharu  sekali ia melihat
pemandangan itu. Dalam hatinya timbul  rasa  keagamaannya.  Ia
yakin  bahwa dalam hal ini pihak Quraisylah yang berlaku kejam
terhadap  mereka,  yang  datang  bukan  ingin  berperang  atau
mencari permusuhan.

Sekarang  ia  kembali  kepada  Quraisy  tanpa menemui Muhammad
lagi. Diceritakannya kepada mereka apa yang telah  dilihatnya.
Tetapi begitu mendengar ceritanya itu, Quraisy naik pitam.

"Duduklah,"  kata mereka kepada Hulais. "Engkau ini Arab badui
yang tidak tahu apa-apa."

Mendengar itu Hulais  juga  jadi  marah.  Diingatkannya  bahwa
persekutuannya dengan Quraisy itu bukan untuk merintangi orang
dari Rumah Suci, siapa saja yang datang berziarah,  dan  tidak
semestinya  mereka  akan  mencegah Muhammad dan beberapa orang
Ahabisy yang datang dengan dia ke  Mekah.  Takut  akan  akibat
kemarahannya  itu,  Quraisy  mencoba  membujuknya  kembali dan
memintanya supaya menunda sampai dapat mereka  pikirkan  lebih
lanjut.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Setelah Perjanjian Hudaibiyah =

Kenyataannya setelah persetujuan perletakan senjata itu  Islam
memang  tersebar  luas,  berlipat  ganda  lebih cepat daripada
sebelumnya. Jumlah mereka yang datang ke Hudaibiya ketika  itu
sebanyak  1400  orang.  Tetapi  dua  tahun  kemudian,  tatkala
Muhammad hendak membuka Mekah jumlah mereka yang datang  sudah
sepuluh  ribu  orang.  Mereka  yang  masih menyangsikan hikmah
perjanjian Hudaibiya ini, yang sangat keberatan  ialah  adanya
sebuah  klausul  dalam  perjanjian itu yang menyebutkan, bahwa
barangsiapa dari golongan Quraisy menyeberang kepada  Muhammad
tanpa  seijin  walinya,  harus dikembalikan kepada mereka, dan
barangsiapa dari pengikut Muhammad menyeberang kepada  Quraisy
tidak  akan  dikembalikan  kepada Muhammad. Tanggapan Muhammad
dalam hal ini ialah apabila ada orang yang murtad  dari  Islam
dan  minta perlindungan Quraisy, orang semacam ini tidak perlu
lagi kembali kepada  jamaah  Muslimin,  dan  siapa-siapa  yang
masuk  Islam  dan  berusaha menggabungkan diri dengan Muhammad
mudah-mudahan Tuhan akan membukakan jalan keluar.

Peristiwa-peristiwa   yang   terjadi   sesudah   itu    memang
membuktikan  kebenaran  pendapat  Muhammad  bahkan lebih cepat
dari yang diduga  sahabat-sahabatnya.  Juga  ini  menunjukkan,
bahwa  dengan persetujuan Hudaibiya itu Islam telah memperoleh
keuntungan  besar  yang  luarbiasa,  dan  dua  bulan  kemudian
sesudah  itu telah pula membukakan jalan buat Muhammad memulai
mengirimkan surat-surat  kepada  raja-raja  dan  kepala-kepala
negara asing mengajak mereka masuk Islam.

= Saat Umrah & Masuk Islamnya Khalid bin Walid =

Sekarang  kaum  Muslimin  sudah mulai menyusur dari arah utara
Mekah. Abdullah b. Rawaha  ketika  itu  memegang  tali  keluan
al-Qashwa'  sedang  sahabat-sahabat  besar  lainnya  berada di
sekeliling  Nabi  'alaihissalam.  Barisan  yang  berjalan   di
belakang  mereka  itu  terdiri  dari orang-orang yang berjalan
kaki dan yang duduk  di  atas  unta.  Begitu  Rumah  Suci  itu
terlihat  dihadapan  mereka  serentak  kaum Muslimin itu semua
bergema dalam satu suara berseru: Labbaika,  labbaika!  dengan
hati  dan  jiwa  tertuju  semata kepada Allah Yang Maha Agung,
berkeliling dalam satu lingkaran dengan penuh harap dan hormat
kepada  Rasul  yang telah diutus Allah dengan membawa petunjuk
dan  agama  yang  benar,  yang  akan  mengatasi  semua  agama.
Sebenarnya  ini  adalah  suatu  pemandangan  yang sungguh unik
dalam sejarah, yang dapat menggetarkan segenap penjuru  tempat
itu,  dan yang telah dapat menawan hati orang musyrik ke dalam
Islam, betapa pun kerasnya mereka bertahan pada paganisma.

Pada pemandangan yang unik itulah mata penduduk Mekah tertaut.
Sementara  suara  yang  keluar  dari kalbu menggema: Labbaika,
labbaika! tetap  menembus  telinga  dan  menggetarkan  jantung
mereka.

Sesampainya    Rasul   di   mesjid   ia   menyelubungkan   dan
menyandangkan kain jubahnya di badan dengan membiarkan  lengan
kanan terbuka sambil mengucapkan:

"Allahuma  irham imra'an arahum al-yauma min nafsihi quwatan."
("Ya Allah, berikanlah rahmat  kepada  orang,  yang  hari  ini
telah memperlihatkan kemampuan dirinya.")

Kemudian  ia  menyentuh  sudut  hajar  aswad  (batu hitam) dan
berlari-lari kecil, yang diikuti  oleh  sahabat-sahabat,  juga
dengan berlari-lari. Setelah menyentuh ar-rukn'l-yamani (sudut
selatan) ia berjalan biasa sampai menyentuh hajar aswad,  lalu
berlari-lari  lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya
dengan berjalan biasa.  Setiap  ia  berlari  kedua  ribu  kaum
Muslimin  itu  juga  ikut berlari-lari, dan setiap ia berjalan
mereka pun ikut pula berjalan. Dalam pada  itu  pihak  Quraisy
menyaksikan  semua itu dari atas bukit Abu Qubais. Pemandangan
ini sangat mempesonakan mereka. Tadinya orang  bicara  tentang
Muhammad  dan  sahabat-sahabatnya  itu,  bahwa  mereka  sedang
berada dalam kesulitan, dalam keadaan susah payah. Tetapi  apa
yang  mereka lihat sekarang ternyata menghapus segala anggapan
tentang kelemahan Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu.

Karena bersemangatnya dalam  saat  seperti  itu,  Abdullah  b.
Rawaha  bermaksud  hendak  melontarkan  kata-kata  yang berisi
teriakan perang ke muka Quraisy. Tetapi segera  dilarang  oleh
Umar, dan Rasul juga berkata kepadanya:

"Sabarlah, Ibn Rawaha; atau ucapkan  sajalah:  La  ilaha  illa
Allah    wahdah,    wanashara    abdah    wa'a'azza    jundah,
wakhadhala'l-ah-zaba wahdah." ("Tiada tuhan selain Allah  Yang
Tunggal,  Yang  telah menolong hambaNya, memperkuat tentaraNya
dan menghancurkan Sendiri musuh yang bersekutu.")

-------------------------------------------

Kaum Muslimin sudah sampai kembali dan sudah menetap  lagi  di
Medinah.   Dalam   pada   itu   Muhammad   pun   yakin  bahwa
'umrat'l-qada' itu  telah  meninggalkan  pengaruh  yang  cukup
besar  dalam  hati Quraisy dan seluruh penduduk Mekah. Juga ia
yakin  bahwa  sebagai  akibat  semua  itu  akan  timbul   pula
peristiwa-peristiwa penting yang berjalan cepat sekali.

Sejarah  telah  membenarkan  perkiraannya. Begitu ia berangkat
kembali ke Medinah, Khalid  bin'l-Walid  -  Jenderal  Kavaleri
kebanggaan  Quraisy dan pahlawan perang Uhud itu telah berdiri
di tengah-tengah sidang masyarakatnya sendiri sambil berkata:

"Sekarang nyata sudah bagi setiap orang yang berpikiran sehat,
bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair.
Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan  semesta  alam  ini.
Setiap  orang  yang  punya  hati  nurani  berkewajiban menjadi
pengikutnya."

'Ikrima b. Abi Jahl merasa ngeri sekali mendengar kata-katanya
itu.

-----------------------------------------------------

Sekarang  Khalid sudah pergi meninggalkan Mekah ke Medinah. Ia
menggabungkan diri ke dalam barisan Muslimin

Sesudah Khalid, ikut pula 'Amr bin'l-'Ash dan 'Uthman b. Talha
penjaga  Ka'bah,  masuk  Islam. Dengan masuknya mereka kedalam
agama Islam,  maka  banyak  pula  penduduk  Mekah  yang  turut
menjadi  pengikut  agama  ini. Dengan demikian kedudukan Islam
makin menjadi kuat, dan terbukanya pintu Mekah  buat  Muhammad
sudah tidak diragukan lagi.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Sebelum Fathu Makkah =

Malam  itu pihak Khuza'a sedang berada di tempat pangkalan air
milik mereka sendiri yang bernama al-Watir,  oleh  pihak  Banu
Bakr  mereka  diserang  dengan  tiba-tiba  sekali dan beberapa
orang dari pihak Khuza'a dibunuh.  Sekarang  Khuza'a  lari  ke
Mekah,  berlindung  kepada  keluarga  Budail  b. Warqa, dengan
mengadukan  perbuatan  Quraisy  dan  Banu  Bakr   yang   telah
melanggar  perjanjian dengan Rasulullah itu. Untuk itu 'Amr b.
Salim dari Khuza'a cepat-eepat pula pergi ke Medinah. Dan bila
ia  sudah  menghadap  Muhammad  yang  ketika  itu sedang dalam
mesjid dengan beberapa orang, diceritakannya  apa  yang  telah
terjadi itu dan ia meminta pertolongannya.

"'Amr b. Salim, mesti engkau dibela," kata Rasulullah.

Sesudah itu Budail b. Warqa, bersama beberapa orang dari pihak
Khuza'a kemudian berangkat pula ke Medinah. Mereka  melaporkan
kepada  Nabi mengenai nasib yang mereka alami itu serta adanya
dukungan Quraisy kepada Banu  Bakr.  Melihat  apa  yang  telah
dilakukan  Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak ada
jalan lain menurut Nabi, Mekah harus dibebaskan. Untuk itu  ia
bermaksud  mengutus  orang  kepada  kaum  Muslimin  di seluruh
jazirah supaya bersiap-siap menantikan  panggilan  yang  belum
mereka ketahui apa tujuannya panggilan demikian itu.

Sebaliknya  orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di
kalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya  apa  yang
akan  timbul  akibat  tindakan 'Ikrima dan kawan-kawannya dari
kalangan  pemuda  itu.  Kini   persetujuan   Hudaibiya   sudah
dilanggar,  dan  pengaruh Muhammad di seluruh jazirah sekarang
sudah bertambah kuat. Sekiranya apa  yang  telah  terjadi  itu
dipikirkan,  bahwa  pihak Khuza'a akan menuntut balas terhadap
penduduk Mekah, pasti  Kota  Suci  itu  akan  sangat  terancam
bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang?
-----------------------------------------------
Sekarang  pasukan  tentara  Muslimin sudah mulai bergerak dari
Medinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta
menguasai  Rumah  Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempat
berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.

Pasukan ini bergerak dalam  suatu  jumlah  yang  belum  pernah
dialami  oleh kota Medinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilah
Sulaim,  Muzaina,  Ghatafan  dan   yang   lain,   yang   telah
menggabungkan  diri,  baik  kepada  Muhajirin  atau pun kepada
Anshar.  Mereka  berangkat  bersama-sama   dengan   mengenakan
pakaian  besi. Mereka melingkar ke tengah-tengah padang sahara
yang membentang luas itu, sehingga apabila kemah-kemah  mereka
sudah  dikembangkan,  tertutup  belaka  oleh debu pasir sahara
itu; sehingga karenanya orang takkan dapat melihatnya.  Mereka
yang  terdiri  dari  ribuan  orang  itu telah mengadakan gerak
cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut
menggabungkan  diri, yang berarti menambah jumlah dan menambah
kekuatan pula. Semua mereka berangkat dengan kalbu yang  penuh
iman,  bahwa  dengan  pertolongan  Allah  mereka akan mendapat
kemenangan.  Perjalanan  ini  dipimpin  oleh  Muhammad  dengan
pikiran dan perhatian tertuju hanya hendak memasuki Rumah Suci
tanpa akan mengalirkan darah setetes sekalipun.

Bila pasukan ini sudah sampai  di  Marr'z-Zahran1  dan  jumlah
anggota  pasukan  sudah  mencapai  sepuluh  ribu  orang, pihak
Quraisy  belum  juga  mendapat  berita.  Mereka  masih   dalam
silang-sengketa,  bagaimana  caranya  akan  menangkis serangan
dari Muhammad.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Fathu Makkah =

Bilamana  kemudian  kabilah-kabilah  itu  lewat di hadapan Abu
Sufyan, yang sangat mempesonakan hatinya ialah batalion  serba
hijau  yang  mengelilingi  Muhammad,  yang  terdiri  dari kaum
Muhajirin dan Anshar, dan yang tampak hanyalah  pakaian  besi.
Setelah mengetahui keadaan itu Abu Sufyan berkata:

"Abbas,  kiranya  takkan  ada  orang  yang  sanggup menghadapi
mereka itu. Abu'l-Fadzl, kerajaan kemenakanmu ini  kelak  akan
menjadi besar!"

Sesudah  itu  kemudian ia dibebaskan pergi menemui golongannya
dan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka:

"Saudara-saudara  Quraisy!  Muhammad  sekarang  datang  dengan
kekuatan  yang  takkan  dapat  kamu  lawan. Tetapi barangsiapa
datang ke rumah Abu  Sufyan  orang  itu  selamat,  barangsiapa
menutup  pintu  rumahnya,  orang  itu  selamat dan barangsiapa
masuk ke dalam mesjid orang itu juga selamat!"

Muhammad  sudah  berangkat  bersama   pasukannya   sampai   ke
Dhu-Tuwa.   Setelah   dilihatnya   dari  tempat  itu  tak  ada
perlawanan  dari  pihak  Mekah,  pasukannya   dihentikan.   Ia
membungkuk  menyatakan  rasa  syukur  kepada Tuhan, yang telah
membukakan pintu  Lembah  Wahyu  dan  tempat  Rumah  Suci  itu
kepadanya  dan  kepada  kaum  Muslimin,  sehingga mereka dapat
masuk dengan aman, dengan tenteram.
------------------------------------------------------
Kemudian ia menanya kepada mereka:

"Orang-orang  Quraisy.  Menurut  pendapat  kamu, apa yang akan
kuperbuat terhadap kamu sekarang?"

"Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu  yang  pemurah."
jawab mereka.

"Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" katanya.

Dengan  ucapan  itu  maka  kepada Quraisy dan seluruh penduduk
Mekah ia telah memberikan pengampunan umum (amnesti).
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Setelah Perang Hunain =

Kemudian  rampasan  perang  itu dibagi lima dan yang seperlima
diberikan  kepada  mereka  yang  paling  sengit   memusuhinya.
Seratus  ekor  unta  diberikan masing-masing kepada Abu Sufyan
dan Mu'awiya anaknya, Harith bin'l-Harith b. Kalada, Harith b.
Hasyim,  Suhail  b.  'Amr,  Huwaitib  b.  'Abd'l-'Uzza, kepada
bangsawan-bangsawan dan kepada beberapa  pemuka  kabilah  yang
telah  mulai  lunak  hatinya  setelah pembebasan Mekah. Kepada
mereka yang kekuasaan dan kedudukannya kurang dari yang  tadi,
diberi  lima  puluh ekor unta. Jumlah yang mendapat bagian itu
mencapai puluhan orang. Ketika itu Muhammad menunjukkan  sikap
sangat  ramah  dan murah hati, yang membuat orang yang tadinya
sangat  memusuhinya,  lidah   mereka   telah   berbalik   jadi
memujinya.  Tiada  seorang  dari  mereka  yang  perlu  diambil
hatinya itu yang tidak dikabulkan segala keperluannya

Ketika Abbas b. Mirdas mendapat beberapa ekor  unta  ia  tidak
senang  hati  dan  mencela karena menurut anggapannya 'Uyaina,
Aqra' dan yang lain  tampaknya  lebih  diutamakan.  Lalu  Nabi
berkata:  "Temui  dia  dan  berilah  lagi  supaya dia puas dan
diam."7

Lalu diberi lagi sampai dia puas. Dan itulah yang membuat  dia
diam.

Akan  tetapi  tindakan  Nabi  mengambil  hati orang-orang yang
tadinya  merupakan  musuh  besar  itu,  telah  menjadi   bahan
pembicaraan  di  kalangan  Anshar,  dan  satu sama lain mereka
berkata:

"Rasulullah telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri." Dalam
hal  ini  Sa'd b. 'Ubada berpendapat akan meneruskan kata-kata
Anshar itu kepada Nabi dan akan mendukung pula pendapat mereka
itu

"Sekarang  kumpulkan  masyarakatmu  di  tempat berpagar ini,"8
kata Nabi.

Setelah oleh Sa'd mereka dikumpulkan dan kemudian Nabi datang,
maka terjadi dialog berikut:

Muhammad:  "Saudara-saudara  kaum  Anshar.  Suatu desas-desus9
berasal  dari  kamu  yang  telah  disampaikan   kepadaku   itu
merupakan  suatu  perasaan  yang  ada  dalam  hatirnu terhadap
diriku, bukan? Bukankah kamu dalam kesesatan ketika aku datang
lalu Tuhan membimbing kamu? Kamu dalam kesengsaraan lalu Tuhan
memberikan kecukupan kepadamu, kamu  dalam  permusuhan,  Tuhan
mempersekutukan kamu?"

Anshar:  "Ya, memang! Tuhan dan Rasul juga yang lebih bermurah
hati."

Muhammad: "Saudara-saudara kaum Anshar.  Kamu  tidak  menjawab
kata-kataku?"

Anshar:  "Dengan  apa  harus kami jawab, ya Rasulullah? Segala
kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah  dan  Rasul-Nya
juga."

Muhammad: "Ya, sungguh, demi Allah! Kalau kamu mau, tentu kamu
masih dapat mengatakan -  kamu  benar  dan  pasti  dibenarkan:
'Engkau  datang  kepada  kami  didustakan  orang, kamilah yang
mempercayaimu.  Engkau  ditinggalkan   orang,   kamilah   yang
menolongmu.  Engkau  diusir,  kamilah  yang  memberimu tempat.
Engkau dalam sengsara, kami yang menghiburmu.' Saudara-saudara
dari  Anshar!  Adakah  sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam
hati kamu? Dengan itu aku telah mengambil hati suatu  golongan
supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu
aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela, saudara-saudara Anshar,
apabila  orang-orang itu pergi membawa karnbing, membawa unta,
sedang kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu? Demi Dia
Yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu
aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan  di
celah gunung, dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku
akan menempuh jalan  Anshar.  Allahuma  ya  Allah,  rahmatilah
orang-orang Anshar, anak-anak Anshar dan cucu-cucu Anshar."i like these words :)
Semua itu oleh Nabi diucapkan dengan kata-kata penuh keharuan,
penuh rasa cinta dan kasih sayang kepada  mereka  yang  pernah
memberikan  ikrar, pernah memberikan pertolongan dan satu sama
lain saling memberikan kekuatan. Begitu besar keharuannya itu,
sehingga  orang-orang  Anshar  pun  menangis,  sambil berkata,
"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."

= Haji Perpisahan =

Di  Namira,  sebuah  desa  sebelah  timur  'Arafat, telah pula
dipasang sebuah kemah  buat  Nabi,  atas  permintaannya.  Bila
matahari  sudah tergelincir, dimintanya untanya al-Qashwa, dan
ia berangkat lagi sampai di perut wadi di bilangan 'Urana.  Di
tempat  itulah  manusia  dipanggilnya, sambil ia masih di atas
unta, dengan  suara  lantang;  tapi  sungguhpun  begitu  masih
diulang  oleh  Rabi'a b. Umayya b. Khalaf. Setelah mengucapkan
syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap  anak
kalimat  ia  berkata,  "Wahai manusia sekalian!5 perhatikanlah
kata-kataku ini! Aku tidak  tahu,  kalau-kalau  sesudah  tahun
ini,  dalam  keadaan  seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu
dengan kamu sekalian.

"Saudara-saudara!5 Bahwasanya darah kamu dan harta-benda  kamu
sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini
yang suci   sampai  datang  masanya  kamu  sekalian  menghadap
Tuhan.  Dan  pasti  kamu  akan menghadap Tuhan; pada waktu itu
kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya,
aku sudah menyampaikan ini!

"Barangsiapa  telah  diserahi  amanat,  tunaikanlah amanat itu
kepada yang berhak menerimanya.

"Bahwa semua riba sudah  tidak  berlaku.  Tetapi  kamu  berhak
menerima   kembali  modalmu.  Janganlah  kamu  berbuat  aniaya
terhadap orang lain, dan jangan  pula  kamu  teraniaya.  Allah
telah  menentukan  bahwa  tidak  boleh lagi ada riba dan bahwa
riba 'Abbas b. 'Abd'l-Muttalib semua sudah tidak berlaku.

"Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku
lagi,  dan  bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah
darah Ibn Rabi'a bin'l Harith b. 'Abd'l-Muttalib!

"Kemudian daripada itu saudara-saudara.5 Hari ini nafsu  setan
yang   minta   disembah   di   negeri  ini  sudah  putus  buat
selama-lamanya. Tetapi, kalau  kamu  turutkan  dia  walau  pun
dalam  hal  yang  kamu  anggap kecil, yang berarti merendahkan
segala amal perbuatanmu,  niscaya  akan  senanglah  dia.  Oleh
karena itu peliharalah agamamu ini baik-baik.

"Saudara-saudara.5  Menunda-nunda  berlakunya  larangan  bulan
suci berarti memperbesar  kekufuran.  Dengan  itu  orang-orang
kafir  itu  tersesat.  Pada satu tahun mereka langgar dan pada
tahun lain mereka sucikan,  untuk  disesuaikan  dengan  jumlah
yang  sudah  disucikan Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan apa
yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana  yang  sudah
dihalalkan.

"Zaman  itu  berputar  sejak Allah menciptakan langit dan bumi
ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada  duabelas  bulan,
empat   bulan  di  antaranya  ialah  bulan  suci,  tiga  bulan
berturut-turut dan bulan Rajab itu antara  bulan  Jumadilakhir
dan Sya'ban.

"Kemudian  daripada  itu,  saudara-saudara.5  Sebagaimana kamu
mempunyai hak atas isteri kamu, juga isterimu  sama  mempunyai
hak   atas  kamu.  Hak  kamu-atas  mereka  ialah  untuk  tidak
mengijinkan orang yang tidak kamu sukai menginjakkan  kaki  ke
atas  lantaimu,  dan jangan sampai mereka secara jelas membawa
perbuatan keji. Kalau sampai mereka melakukan semua itu  Tuhan
mengijinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh
memukul  mereka  dengan  suatu  pukulan  yang   tidak   sampai
mengganggu.  Bila  mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka
kewajiban kamulah memberi nafkah  dan  pakaian  kepada  mereka
dengan  sopan-santun.  Berlaku  baiklah  terhadap isteri kamu,
mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak  memiliki
sesuatu  untuk  diri  mereka.  Kamu  mengambil  mereka sebagai
amanat Tuhan,  dan  kehormatan  mereka  dihalalkan  buat  kamu
dengan nama Tuhan.

"Perhatikanlah  kata-kataku  ini,  saudara-saudara5  Aku sudah
menyampaikan ini. Ada masalah yang  sudah  jelas  kutinggalkan
ditangan  kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat
selama-lamanya - Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.

"Wahai  Manusia  sekalian!5  Dengarkan  kata-kataku  ini   dan
perhatikan!  Kamu  akan  mengerti,  bahwa setiap Muslim adalah
saudara  buat  Muslim  yang  lain,  dan  kaum  Muslimin  semua
bersaudara.   Tetapi  seseorang  tidak  dibenarkan  (mengambil
sesuatu) dari saudaranya,  kecuali  jika  dengan  senang  hati
diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.

"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?"

Sementara  Nabi  mengucapkan  itu Rabi'a mengulanginya kalimat
demi  kalimat,  sambil  meminta  kepada   orang   banyak   itu
menjaganya  dengan  penuh  kesadaran. Nabi juga menugaskan dia
supaya menanyai mereka  misalnya:  Rasulullah  bertanya  "hari
apakah  ini?  Mereka  menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya
lagi: "Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu  oleh
Tuhan  disucikan,  seperti  hari  ini yang suci, sampai datang
masanya kamu sekalian bertemu Tuhan."

Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu ia berkata lagi:

"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?!"

Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: "Ya!"

Lalu katanya:

"Ya Allah, saksikanlah ini!"

Selesai Nabi mengucapkan pidato ia  turun  dari  al-Qashwa'  -
untanya  itu.  Ia  masih  di tempat itu juga sampai pada waktu
sembahyang lohor dan asar. Kemudian  menaiki  kembali  untanya
menuju  Shakharat.  Pada  waktu  itulah  Nahi  a.s. membacakan
firman Tuhan ini kepada mereka:

"Hari inilah Kusempurnakan agamamu  ini  untuk  kamu  sekalian
dengan Kucukupkan NikmatKu kepada kamu, dan yang Kusukai Islam
inilah menjadi agama kamu." (Qur'an, 5: 3)

Abu Bakr ketika mendengarkan ayat itu ia menangis, ia  merasa,
bahwa  risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya
Nabi hendak menghadap Tuhan.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

= Saat Sakit =

Keesokan harinya bila tiba waktunya  ia  ke  tempat  Aisyah,
dilihatnya Aisyah sedang mengeluh karena sakit kepala: "Aduh
kepalaku!" Tetapi ia berkata - sedang dia sudah mulai merasa
sakit: "Tetapi akulah, Aisyah, yang merasa sakit kepala."

Tetapi  sakitnya  belum  begitu  keras  dalam  arti ia harus
berbaring di tempat  tidur  atau  akan  merintanginya  pergi
kepada  keluarga dan isteri-isterinya untuk sekedar mencumbu
dan bergurau. Setiap didengarnya  ia  mengeluh  Aisyah  juga
mengulangi lagi mengeluh sakit kepala.

Lalu  kata  Nabi, "Apa salahnya kalau engkau yang mati lebih
dulu sebelum aku. Aku yang  akan  mengurusmu,  mengafanimu,
menyembahyangkan kau dan menguburkan kau!"

Karena  senda-gurau  itu  cemburu kewanitaannya timbul dalam
hati Aisyah yang masih muda  itu,  sekaligus  cintanya  akan
gairah hidup ini, lalu katanya:

"Dengan  begitu  yang  lain mendapat nasib baik. Demi Allah,
dengan apa yang sudah kaulakukan itu seolah engkau  menyuruh
aku pulang ke rumah dan dalam pada itu kau akan berpengantin
baru dengan isteri-isterimu."

Nabi tersenyum, meskipun rasa sakitnya tidak mengijinkan  ia
terus bergurau.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...