Senin, September 26, 2011

Bom Bunuh Diri Dilarang Dalam Islam



Fatwa Ulama Tentang Larangan Bom Bunuh Diri

Membantah Syubhat yang Membolehkan Bom Bunuh Diri

Jihad di dalam Islam merupakan salah satu amalan mulia, bahkan memiliki kedudukan paling tinggi. Sebab, dengan amalan ini seorang muslim harus rela mengorbankan segala yang dimiliki berupa harta, jiwa, tenaga, waktu, dan segala kesenangan dunia untuk menggapai keridhaan Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Meraka berperang di jalan Allah. Lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah:111)

Karena amalan jihad merupakan salah satu jenis ibadah yang disyariatkan oleh Allah Azza wa Jalla, maka di dalam mengamalkannya pun harus pula memenuhi kriteria diterimanya suatu amalan. Yaitu ikhlas dalam beramal dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka amalan tersebut tertolak. Hal ini telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhyialllahu ‘anhu:

Ada seorang Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: Ada seseorang yang berperang karena mengharapkan ghanimah (harta rampasan perang, red), ada seseorang yang berperang agar namanya disebut-sebut, dan ada seseorang yang berperang agar mendapatkan sanjungan, manakah yang disebut fisabilillah? Maka jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله

“Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah itulah yang tinggi, maka itulah fisabilillah.” (Muttafaqun alaihi)

Telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Dzabyan, ia berkata: Aku telah mendengar Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu bercerita:

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus kami (memerangi kaum musyrikin) ke daerah Huraqah. Lalu kami pun memerangi mereka di pagi hari secara tiba-tiba. Akhirnya, kami dapat mengalahkan mereka. Kemudian aku bersama seseorang dari kalangan Anshar mengejar salah seorang dari mereka. Ketika kami mendapatkan dan hendak membunuhnya, dia berkata: Laa ilaaha illallah. Maka Anshari tersebut menahan pedangnya, namun aku (tetap) membunuhnya dengan tombakku hingga mati. Maka ketika kami kembali, sampailah (berita ini) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau berkata: “Wahai Usamah, apakah engkau membunuhnya setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallah?” Aku menjawab: “Dia hanya menjadikannya sebagai perlindungan (bukan dari hatinya).” Maka beliau terus menerus mengulangi ucapannya sehingga aku berkeinginan bahwa aku tidak masuk Islam kecuali hari itu (karena beliau merasa besar kesalahan yang dilakukannya sehingga dengan masuk Islam bisa menghapuskan kesalahan yang terdahulu).

Riwayat ini menunjukkan bahwa di dalam mengamalkan agama Allah Subhanahu wa ta’ala, tidak cukup hanya dengan semangat belaka, namun juga harus dibarengi dengan ilmu agar di dalam mengamalkan suatu amalan dilakukan di atas bashirah (ilmu).


Bunuh Diri Adalah Haram Secara Mutlak


Riwayat-riwayat yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa membunuh diri sendiri dengaN menggunakan alat apapun merupakan salah satu dosa yang sangat besar di sisi Allah Azza wa Jalla. Berikut ini hadits-hadits yang berkaitan dengan larangan tersebut:

- Diantaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Bukhari (5778) dan Muslim (158) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

(( من قتل نفسه بحديدة فحديدته في يده يتوجأ بها في بطنه في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا ومن شرب سما فقتل تفسه فهو يتحساه في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا ومن تردى من جبل فقتل نفسه فهو يتردى في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا ))

“Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi di tangannya, dia (akan) menikam perutnya di dalam neraka jahannam yang kekal (nantinya), (dan) dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa yang meminum racun lalu bunuh diri dengannya, maka dia (akan) meminumnya perlahan-lahan di dalam neraka jahannam yang kekal, (dan) dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, dia akan jatuh ke dalam neraka jahannam yang kekal (dan) dikekalkan di dalamnya selama-lamanya.”

- Diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Muslim dari Tsabit bin Dhahhak radhyiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

(( ومن قتل نفسه بشيئ في الدنيا عذب به يوم القيامة ))

“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, maka dia disiksa dengan (alat tersebut) pada hari kiamat.”

- Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada perang Khaibar. Kemudian beliau berkata pada seseorang yang mengaku dirinya muslim: “Orang ini dari penduduk neraka.” Ketika terjadi pertempuran, orang tersebut bertempur dengan sengitnya lalu terluka. Dikatakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, yang engkau katakan bahwa dia dari penduduk neraka, sesungguhnya pada hari ini dia ikut bertempur dengan sengitnya, dan dia telah mati.” Jawab Rasulullah shallallajhu ‘alaihi wasallam: “(Ia) masuk neraka.” Hampir saja sebagian manusia ragu (dengan ucapan tersebut). Ketika mereka dalam keadaan demikian, lalu mereka dikabari bahwa dia belum mati akan tetapi terluka dengan luka yang sangat parah. Ketika malam hari dia tidak sabar lagi dan bunuh diri. Lalu dikabarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang hal tersebut, lalu beliau berkata: “Allahu Akbar, aku bersaksi bahwa sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Beliau memerintahkan Bilal untuk berteriak di hadapan manusia:

(( إنه لا يدخل الجنة إلا نفس مسلمة وإن الله ليؤيد هذا الدين بالرجل الفاجر ))

“Sesungguhnya tidaklah ada yang masuk surga kecuali jiwa yang muslim, dan sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan laki-laki yang fajir (berbuat dosa ).”

Dalil-dali di atas sangat jelas mengharamkan bunuh diri dengan segala macam jenisnya dan dengan cara apapun. Inilah yang difahami oleh para ulama rahimahullah. Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu:

“Intihar adalah bunuh diri secara sengaja dengan sebab apapun, dan ini diharamkan dan termasuk dosa yang paling besar.” (Fatawa Islamiyyah, 4/519).


Fatma Ulama Tentang Bom Bunuh Diri


Para aktivis pergerakan dari kalangan hizbiyyun yang melakukan amalan hanya bermodal semangat dan tidak berusaha memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah berdasarkan pandangan yang shahih dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta tidak menjadikan ulama rabbani sebagai rujukan, menyebabkan mereka melakukan pembelaan terhadap amalan yang batil ini.

Kalangan “ulama” mereka pun berusaha mendukung dengan cara menempatkan dalil namun tidak pada tempatnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka merendahkan fatwa ulama yang melarang amalan ini dengan menyatakan: “Mereka adalah ulama yang tidak mengerti waqi’ (kondisi).” “Mereka hanya pantas mengurusi masalah haid dan nifas saja. Adapun masalah jihad, maka ada ulama tersendiri.” Masya Allah!

Ternyata yang mereka anggap sebagai ulama adalah para “ulama gadungan” yang memiliki pemikiran Khawarij, Quthbiyah, dan Ikhwani seperti Salman Al-Audah, Sulaiman Al-Ulwan, Ibrahim Ad-Duwaisy, Sa’id bin Musfir, Yusuf Al-Qardhawi, dan yang semisal mereka. Bahkan di antara mereka ada yang menukilkan ijma’ para ulama tentang bolehnya hal tersebut. Bukankah ini penukilan yang aneh? Bagaimana mungkin terjadi ijma’ dalam keadaan para ulama besar mengingkari perbuatan ini, seperti Al-Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Abdul Azis Alus Syaikh, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, dan yang lainnya rahimahumullah ta’ala.

(Lihat Tahrirul Maqaal Fi Annahu Intihar Wa Laisa Isytisyhaad, Abu Muhammad Nashir As-Salafi, 17)

Berikut ini adalah fatwa dari Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta’ala:

“Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang berupa intihar (melakukan bom bunuh diri) dengan cara membawa peledak (bom) kepada sekumpulan orang-orang kafir, kemudian meledakkannya setelah berada di tengah-tengah mereka, sesungguhnya ini termasuk bunuh diri, wal ‘iyadzu billah. Barangsiapa yang membunuh dirinya, maka dia kekal dan dikekalkan dalam neraka Jahannam selamanya sebagaimana yang terdapat dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, bunuh diri tidak memberi kemaslahatan bagi Islam karena ketika dia bunuh diri dan membunuh sepuluh atau seratus atau dua ratus (orang kafir), tidaklah memberi manfaat kepada Islam dengan perbuatan tersebut di mana manusia tidak masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah anak muda tersebut (maksudnya adalah kisah Ashabul Ukhdud yang panjang, untuk tahu ceritanya klik disini.

Dan boleh jadi, yang terjadi musuh justru akan semakin keras perlawanannya dan menjadikan darah mereka mendidih. Sehingga semakin banyaklah kaum muslimin yang terbunuh sebagaimana yang ditemukan dari perlakuan Yahudi terhadap penduduk Palestina. Jika mati salah seorang dari mereka dengan sebab peledakan ini dan terbunuh enam, tujuh, maka mereka mengambil dari kaum muslimin –dengan sebab itu- enam puluh orang atau lebih sehingga tidak mendatangkan manfaat bagi kaum muslimin dan tidak bermanfaat pula bagi yang diledakkan di barisan-barisan mereka.

Oleh karena itu, kami melihat, apa yang dilakukan oleh sebagian manusia berupa tindakan bunuh diri, kami anggap bahwa hal itu adalah membunuh jiwa tanpa hak dan menyebabkan masuknya ke dalam neraka, wal iyadzu billah. Dan pelakunya bukanlah syahid. Namun jika seseorang melakukan itu dengan anggapan bahwa hal tersebut boleh, maka kami berharap agar dia selamat dari dosa. Adapun bila dianggap syahid, maka tidak demikian. Sebab, dia tidak menempuh cara untuk mati syahid. Dan barangsiapa yang berijtihad dan dia salah, maka baginya satu pahala.” (Syarah Riyadhus Shalihin 1/165. Lihat pula: Tahrir Al-Maqaal: 23-24).


Hukum Menerobos Sarang Musuh


Banyak terjadi kesalahpahaman tentang riwayat-riwayat yang terdapat dalam hadits Nabi shallalahu ‘alaihsi wasallam dan para sahabatnya berkenaan tentang masalah ini, disebabkan ketidaktepatan mereka dalam menempatkan nash-nash tersebut pada posisi yang semestinya yang menyebabkan mereka tidak bisa membedakan antara hukum bom bunuh diri dengan menyerang ke barisan musuh (sarang musuh) sampai mati. Dalam masalah ini telah terjadi tiga kubu:

- Pertama adalah kubu yang membawa nash-nash tentang menyerang ke barisan musuh kepada bolehnya melakukan bom bunuh diri, sebagaimana yang difahami oleh para hizbiyyun dari kalangan Ikhwanul Muslimin dan selainnya.

- Kedua adalah kubu yang menganggap seluruhnya adalah tindakan bunuh diri, termasuk menyerang ke sarang musuh hingga mati. Ini difahami oleh sebagian orang yang mengaku Ahlu Sunnah tapi jahil dan tidak mampu membedakan antara dua keadaan.

- Yang benar adalah kubu yang ketiga, yang membedakan antara kedua hukum disebabkan karena terjadinya perbedaan kondisi. Di mana keadaan kedua ini dengan cara sebagian masuk ke daerah musuh lalu melakukan pertempuran hingga terbunuh melalui tangan musuh, bukan meledakkan tubuh sendiri. Adapun keadan kedua ini adalah amalan yang disyari’atkan berdasarkan dalil-dalil yang akan kita sebutkan beserta perkataan para ulama.

Diantara dalil disyariatkannya amalan tersebut:

Tentang tafsir firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 195:

Diriwayatkan oleh Tirmidzi (4/72) dari Aslam Abu Imran At-Tujibi, ia berkata: Ketika kami berada di daerah Romawi, mereka mengeluarkan barisan (tentara perang) yang besar. Maka keluarlah kaum muslimin semisal (jumlah mereka) atau lebih untuk menghadapi mereka. Yang memimpin tentara Mesir adalah Uqbah bin Amir dan jamaah yang lainnya dipimpin Fudhalah bin Ubaid. Maka salah seorang dari kaum muslimin menerobos masuk ke barisan Romawi hingga masuk ke tengah-tengah mereka. Maka berteriaklah manusia dan berkata: Subhanallah, dia telah melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan.” Maka berdirilah Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah mentakwil ayat ini dengan menakwilan seperti ini. (Padahal) sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan kami kaum Anshar di saat Allah telah memuliakan Islam dan semakin banyak para penolongnya, maka sebagian kami berbisik terhadap sebagian lainnya tanpa sepengetahuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Sesungguhnya harta kita telah terlantar dan sesungguhnya Allah telah muliakan Islam dan semakin banyak penolongnya. Maka sekiranya kita memperbaiki perekonomian kita dan menata kembali apa yang telah terlantar.’ Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bantahan dari apa yang kami katakan. Maka kebinasaan (yang dimaksud) adalah memperbaiki perekonomian dan menatanya lalu meninggalkan peperangan.’ Maka Abu Ayyub terus berjihad di jalan Allah sampai beliau dikuburkan di Romawi.“

(Hadit ini dishahihkan oleh Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i dalam Ash-Shahihul Musnad Fi Asbabin Nuzul: 34).

Lihat pula penafsiran para ulama dalam menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 207, dimana Umar bin Khattab dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma membantah komentar orang yang mengatakan tentang salah seorang yang menerobos masuk di antara dua barisan musuh dengan menyatakan: Dia telah melemparkan dirinya dalam kebinasaan. Maka mereka dibantah oleh Umar dan Abu Hurairah dengan firman Allah tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf (5/303) dan Baihaqi dalam Al-kubra (9/46))

Telah diriwayatkan oleh Bukhari (2805) dan Muslim (3523) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Pamanku Anas bin Nadhr tidak ikut serta dalam perang Badar, maka beliau berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak ikut perang pertama yang engkau memerangi musyrikin. Sekiranya Allah memberi kesempatan padaku hadir dalam memerangi musyrikin, maka Allah akan melihat apa yang akan aku perbuat!” Maka ketika pecah perang Uhud dan kaum muslimin kalah, beliau berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku berudzur padamu dari apa yang dilakukan mereka ini (yaitu larinya kaum muslimin dari medan pertempuran) dan aku berlepas diri kepadamu dari apa yang dilakukan mereka ini (kaum musyrikin).” Lalu beliau maju dan bertemu Sa’ad bin Mu’adz lalu berkata: “Wahai Sa’ad bin Mu’adz, surga, demi Rabb-nya Nadhr, sesungguhnya aku mencium baunya di bawah kaki Gunung Uhud.” Kata Sa’ad bin Muadz: “Aku tidak mampu berbuat sepertinya wahai Rasulullah.” Berkata Anas bin Malik: “Lalu kami menemukannya terdapat delapan puluh lebih luka berupa tebasan pedang, tombak, dan lemparan panah. Dan kami menemukannya telah dicincang oleh kaum musyrikin, maka tidak seorang pun mengenalnya kecuali saudara perempuannya yang mengenali jarinya.” Berkata Anas bin Malik: “Kami mengira bahwa ayat ini turun berkenaan tentangnya.” (Al-Ahzab: 23)

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (13/45-46) dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bangkitlah kalian menuju surga yang seluas langit dan bumi.” Berkata Umair bin Al-Humam Al-Anshari: “Wahai Rasulullah, surga seluas langit dan bumi?” Beliau menjawab: “Iya.” Diapun berkata: “Bakhin, bakhin (ucapan yang menunjukkan rasa takjub, pen).” Maka bertanya Rasulullah: “Apa yang membuatmu mengucapkan bakhin bakhin?” Dia menjawab: “Tidak wahai Rasulullah, melainkan aku berharap agar (aku) termasuk penduduknya.” Beliau berkata: “Engkau termasuk penduduknya.” Maka dia mengeluarkan beberapa buah korma dari tempatnya lalu memakannya, kemudian berkata: “Jika aku hidup sampai aku memakan buah kormaku ini, sesungguhnya ini adalah kehidupan yang panjang.” Diapun melempar korma yang ada di tangannya kemudian bertempur hingga terbunuh.

Berkata An-Nawawi: “(Hadits) ini menunjukkan bolehnya menerobos ke tengah orang-orang kafir dan menghadapi mati syahid. Dan ini boleh, tidaklah dibenci menurut mayoritas para ulama.” (Syarah An-Nawawi, 13:46)

Masih ada beberapa dalil lain yang menunjukkan bolehnya amalan ini. (Lihat Sunan Al-Kubra karangan Al-Baihaqi, bab: Man Tabarra’a Bitta’arrudh Bil Qatl, 9: 43-44).

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ta’ala: “Oleh karena itu, para imam empat membolehkan seorang muslim menerobos ke dalam barisan orang-orang kafir, meskipun besar perkiraannya bahwa mereka akan membunuhnya jika yang demikian mendatangkan kemaslahatan bagi kaum muslimin.” (Majmu’ Fatawa, 28: 540).


Membantah Syubhat yang Membolehkan Bom Bunuh Diri


Mereka yang berpendapat bolehnya melakukan bom bunuh diri selalu menggunakan hujjah berupa dalil-dalil yang membolehkan menerobos masuk ke sarang musuh, dan telah jelas bagi para pembaca rahimakumullah perbedaan di antara keduanya. Namun ada satu dalil yang juga mereka jadikan sebagai alasan bolehnya amalan ini, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, yang menceritakan tentang Ashabul Ukhdud, di mana seorang pemuda yang bertauhid memberikan petunjuk kepada sang raja yang dzalim tentang cara membunuhnya, yang mendatangkan kemaslahatan yang luar biasa, yaitu masuk Islamnya seluruh penduduk kampung dan meninggalkan agama nenek moyangnya, untuk tahu ceritanya klik disini.

Bantahan terhadap pendalilan kisah ini dari beberapa sisi:

Pertama, hadits ini menggambarkan seorang pemuda yang terbunuh namun dia menjadi sebab datangnya kemaslahatan yang jelas, yaitu masuk Islamnya seluruh penduduk kampung. Berbeda dengan bom bunuh diri yang sama sekali tidak mendatangkan kemaslahatan, bahkan kemudharatan yang semakin besar dengan terbunuhnya kaum muslimin dalam jumlah yang semakin hari kian bertambah. Manakah kemaslahatan itu? Apakah orang Yahudi berbondong-bondong masuk Islam dengan sebab amalan tersebut? Berfikirlah wahai orang-orang yang berakal.

Kedua, pemuda tersebut tidak membunuh dirinya sendiri namun dia terbunuh melalui tangan sang raja disaat dia mengucapkan kalimat tauhid (yang menyebabkan) masuk Islam seluruh penduduknya. Berbeda dengan bom bunuh diri yang meledakkan diri sendiri bersama yang lainnya, (yakni) membunuh diri sendiri dengan sengaja, manakah persamaan itu?

Ketiga, terdapat perbedaan antara bunuh diri dengan memberikan petunjuk tentang cara membunuhnya disebabkan karena (ia) mendapatkan ilham akan adanya kemaslahatan yang lebih besar. Adapun yang mereka lakukan tidak lebih meninggalkan bekas yang lebih buruk yang menimpa kaum muslimin dengan sebab balas dendam yang dilakukan oleh orang-orang kafir Yahudi terhadap kaum muslimin yang lemah. Ditambah lagi kurangnya ilmu yang mereka miliki serta tersebarnya kebid’ahan, kemaksiatan, dan jauhnya mereka dari ilmu sunnah .Wallahul musta’an. (Lihat Arraddu ‘Alaa Mujizil Intihaar, Mahir bin Dzafir Al-Qahthani: 6-7)

http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/06/09/bom-bunuh-diri-dilarang-dalam-islam/

Kisah Ashabul Ukhdud (Para Pembuat Parit)


Kisah Ashabul Ukhdud dalam Al Qur'an Surah Al-Buruj
Surah al-Buruj bermakna gugusan bintang-bintang, termasuk golongan surah-surah makkiyah. mengandungi 22 ayat 109 kalimat dan 465 huruf.

Ayat 1 - 9
1.Demi langit yang menjadi tempat peredaran bintang.
2.Dan hari yang dijanjikan (iaitu hari kiamat).
3.Dan (demi) yang menjadi saksi dan yang dipersaksikan.
4.Celakalah (orang) yang menggali parit.
5.(Parit) api yang penuh dengan bahan bakarnya.
6.Ketika mereka duduk mengelilinginya.
7.Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang beriman.
8.Dan mereka tiada menyiksa orang-orang yang beriman melainkan kerana mereka (orang beriman) beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Terpuji.
9.(Tuhan) yang menguasai langit dan bumi dan Allah menyaksikan setiap suatu.


Kisah Ashabul Ukhdud dalam Hadist
Shuhaib bin Simaan Arrmmi ra. mengatakan Rasulullah saw. bersabda: Pada masa dahulu ada seorang raja (Yahudi) yang mempunyai seorang yang ahli sihir, kemudian ketika ahli sihir telah tua ia berkata kepada raja: "Kini aku telah tua dan mungkin telah dekat ajalku, oleh itu anda kirim kepadaku seorang pemuda yang dapat aku ajarkan kepadanya ilmu sihir"

Lalu raja berusaha mendapat seorang pemuda untuk mempelajari ilmu sihir itu, sedang di tengah jalan antara tempat ahli sihir dengan rumah pemuda itu ada tempat seorang pendeta (ahli ibadah) yang mengajar agama. Pada suatu masa pemuda itu singgah di tempat pendeta untuk mendengarkan pengajiannya, lalu ia tertarik dengan ajaran pendeta itu sehingga jika ia terlambat datang kepada ahli sihir dipukul, dan bila terlambat kembali ke rumahnya juga dipukul, lantas ia mengadu tentang kejadian itu kepada pendeta. Kemudian diajar oleh pendeta jika terlambat datang kepada ahli sihir supaya berkata aku ditahan oleh ibuku, dan bila terlambat kembali ke rumah katakan. Aku ditahan oleh ahli sihir.

Setelah beberapa lama kemudian itu, pada suatu hari ketika ia akan pergi, tiba-tiba di tengah jalan ada seekor binatang buas sehingga orang tidak berani jalan di tempat itu, lalu pemuda itu berkata: "Sekarang aku akan mengetahui yang mana lebih yang lebih baik di sisi Allah apakah ajaran pendeta atau ajaran ahli sihir", lalu ia mengambil sebutir batu dan berdoa "Ya Allah jika ajaran pendeta itu lebih baik di sisimu, bunuhlah binatang itu supaya orang dapat melalui di tempat ini". Lalu dilemparkanlah batu itu, dan matilah binatang itu. Orang ramai gembira kerana dapat melalui jalan itu.

Ia memceritakan kejadian itu kepada pendeta, lalu berkatalah pendeta itu kepadanya : Kamu kini telah berat daripadaku, dan kamu akan diuji, jika diuji jangan sampai menyebut namaku". Kemudian pemuda itu dapat menyembuhkan orang buta, sopak dan pelbagai penyakit yang berat pada semua orang.

Ada seorang besar dalam majlis raja ia telah buta karena sakit mata, ketika ia mendengar berita bahawa ada seorang pemuda dapat menyembuhkan beragai macam penyakit maka ia segera pergi kepada pemuda itu sambil membawa hadiah yang banyak, sambil berkata : "Sembuhkan aku, dan aku sanggup memberikan kepadamu apa saja yang anda suka". Jawab pemuda itu : "Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang pun kerana yang menyembuhkan hanya Allah azza wajalla, jika engkau mahu beriman kepada Allah. Aku akan berdoa semoga Allah menyembuhkan mu". Lalu ia beriman kepada Allah dan didoakan oleh pemuda dan seketika itu juga ia sembuh izin Allah.

Kemudian ia kembali ke majlis raja sebagaimana biasanya, dan ditanya oleh raja "Hai Fulan siapakah yang menyembuhkan matamu" Jawabnya "Rabbi (Tuhanku)". Raja bertanya: "Aku ?". Jawabnya, "Bukan, tetapi Tuhanku dan Tuhanmu, iaitu Allah". Ditanya oleh Raja "Apakah anda mempunyai Tuhan selain Aku?" Jawabnya "Ya, Tuhan ku dan Tuhanmu ialah Allah". Lalu disiksa oleh raja seberat-beratnya siksa sehingga terpaksa ia memberitahu raja itu akan pemuda yang mendoakannya untuk sembuh itu.

Kemudian segera dipanggil pemuda itu lalu berkata "Hai anak sungguh hebat sihirmu sehingga dapat menyebuhkan orang buta, sopak dan pelbagai jenis penyakit" Jawab pemuda itu "Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun, hanya semata-mata Allah azza wa jalla". Raja itu pun bertanya "Adakah aku?", "Tidak" jawab permuda itu. Tanya raja itu "Adakah engkau ada tuhan lain selain aku?" Jawab pemuda "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu hanya Allah". Lalu ditangkap dan disisa seberat-beratnya sehingga terpaksa menunjukkan pada pendeta yang mengajarnya. Kemudian dipanggil pendeta dan dipaksa untuk meninggalkan agamanya, tetapi ia tetap bertahan dan tidak mahu beralih agama, lalu diletakkan gergaji di atas kepalanya dan digergaji dari atas kepalanya hingga terbelah dua badannya.

Kemudian pemuda itu diperintah untuk meninggalkan agama yang dianutnya (Islam), tetapi pemuda ini juga menolak perintah raja. Raja memerintahkan supaya di bawa ke puncak gunung dan di sana ditawarkan kepadanya untuk meninggalkan agamanya dan mengikuti agama raja, jika tetap menolak dilempar dari atas gunung itu. Ketika sampai di atas gunung dan ditawarkan kepadanya pemuda untuk berubah agama, dan ditolak oleh pemuda itu. Kemudian pemuda itu berdoa "Allahumma ikfinihim bimaa syi'ta: (Ya Allah selesaikanlah urusanku dengan mereka ini sehendakMu". Tiba-tiba gunung itu bergoncang sehingga mereka berjatuhan dari atas bukit dan mati semuanya, lalu segeralah pemuda itu kembali menemui raja, dan ketika ditanya: "Manakah orang-orang yang membawamu?". Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan urusan mereka".

Lalu pemuda diperintah untuk membawanya ke laut dan naik perahu, apabila sampai di tengah laut ditanyakan padanya jika ia mahu mengubah agama, jika tidak dilemparkan ke dalam laut dan ketika telah sampai di tengah laut pemuda itu berdoa: "Allahumma ikfinihim bimaa syi'ta", lalu tenggelamlah semua orang yang membawanya dan segeralah pemuda kembali menghadap raja. Ketika ditanya oleh raja "Bagaimana keadaan orang-orang yang membawamu?" Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan mereka".

Kemudian pemuda itu berkata kepada raja "Engkau takkan dapat membunuhku kecuali jika engkau menurut perintahku, dengan itu engkau akan dapat membunuhku" Raja bertanya: "Apakah perintahmu?" Jawab pemuda: "Kau kumpulkan semua orang di suatu lapangan, lalu engkau gantung aku di atas tiang, lalu kau ambil anak panah milikku ini dan kau letakkan di busur panah dan membaca: Bismillahi Rabbil ghulaarn (Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini), lalu lepaskan anak panah itu, dengan itu kau dapat membunuhku".

Semua usul pemuda itu dilaksanakan oleh raja, dan ketika anak panah telah mengenai dada pemuda itu ia mengusap dengan tangannya dan terus syahid, lalu semua orang yang hadir berkata: "Aamannaa birrabil ghulaam (Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu)". Sesudah itu ada orang memberitahu raja bahawa semua rakyat telah beriman kepada Tuhannya pemuda itu, bagaimanakah usaha untuk menghadapi rakyat yang banyak ini.

Lalu raja memerintah supaya di setiap jalan digali parit dan dinyalakan api, dan tiap orang yang berjalan di sana, dan ditanya tentang agamanya, jika ia tetap setia pada kita biarkan, tetapi jika ia tetap percaya kepada Allah masukkan ia ke dalam parit api itu.

Lalu orang berduyun menduyun masuk di dalam parit api itu, sehingga tiba seorang wanita yang mengendong bayinya yang masih menyusu, ketika bayinya diangkat oleh pengikut-pengikut raja untuk dimasukkan kedalam parit berapi itu, wanita itu hampir menurut mereka bertukar agama kerana sangat belas kasihan pada anaknya yang masih kecil itu, tiba-tiba anak bayi itu berbicara dengan suara lantang: "Sabarlah wahai ibuku kerana engkau sedang mempertahankan yang hak". (Hadith riwayat Ahmad, Muslim dan Al-Nasa'i)

Ibnu Abbas berkata bahawa kisah ini berlaku 70 tahun sebelum kelahiran Nabi saw.


http://halaqah.net/v10/index.php?topic=2039.0

Kisah Nabi Nuh (Kisah Dalam Al Qur'an)


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata):
“Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan.”
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:
“Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”.
Berkata Nuh:
“Wahai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberi-Nya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kamu paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?”
Dan (Nuh berkata):
“Wahai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui”.
Dan ( Nuh berkata):
“Wahai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): “Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan: ” Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat “, dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: “Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka “. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim”.
Mereka berkata:
” Wahai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar “.
Nuh menjawab:
” Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan “.
Malahan kaum Nuh itu berkata:
” Dia cuma membuat-buat nasehatnya saja “.
Katakanlah ( Nuh) :
” Jika aku membuat-buat nasehat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat “.
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya.
Berkatalah Nuh:
“Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal. ”
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman:
” Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman. “
Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
Dan Nuh berkata:
” Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya–sedang anak itu berada di tempat terpencil–:
“Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. ”
Anaknya menjawab:
” Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah! “
Nuh berkata:
” Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang “.
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Dan difirmankan:
“Wahai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah, “
dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan:
“Binasalah orang-orang yang zalim. ”
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”
Allah berfirman:
“Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
Nuh berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”
Difirmankan:
“Wahai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.”
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu ( Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
QS. Hud (11)  : (25- 49)
Wallahuálam bish shawwab.

http://vienmuhadisbooks.wordpress.com/2011/08/07/nabi-nuh-dan-kaumnya-kisah-dalam-al-quran/

Jumat, September 23, 2011

Umar, Umur dan Kesederhanaan seorang Khalifah


Umar bin Khattab (581-644) adalah khalifah yang telah membentangkan pengaruh Islam di sejumlah wilayah yang berada di luar Arab Saudi. Di masanya, Mesopotamia, sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia, jatuh ke dalam kekuasaan Islam.

Kekuatan sebagai pemimpin sangat luar biasa, hadir berkat tempaan sang pemimpin agung, Muhammad Rasulullah SAW. Namun, dibalik kesuksesannnya sebagai pemimpin negara, Umar tetaplah seorang pribadi yang sangat sederhana.

Suatu hari, anak laki-laki Umar bin Khattab pulang sambil menangis. Sebabnya, anak sang khalifah itu selalu diejek teman-temannya karena bajunya jelek dan robek. Umar lalu menghiburnya. Berganti hari, ejekan teman-temannya itu terjadi lagi, dan sang anak pun pulang dengan menangis.

Setelah terjadi beberapa kali, rasa ibanya sebagai ayah mulai tumbuh. Tak cukup nasihat, anak itu meminta dibelikan baju baru. Tapi, dari mana uangnya? Umar bingung, gajinya sebagai khalifah tidak cukup untuk membeli baju baru. Setelah berpikir, ia pun punya ide. Umar menyurati baitul mal (bendahara negara).

Isi surat itu, (kira-kira bunyinya begini): "Kepada Kepala Baitul Mal, dari Khalifah Umar. Aku bermaksud meminjam uang untuk membeli baju buat anakku yang sudah robek. Untuk pembayarannya, potong saja gajiku sebagai khalifah setiap bulan. Semoga Allah merahmati kita semua."

Mendapati surat dari sang Khalifah Umar, kepala baitul mal pun memberikan surat balasan. Bunyinya, kurang lebih begini: "Wahai Amirul Mukminin, surat Anda sudah kami terima, dan kami maklum dengan isinya. Engkau mengajukan pinjaman, dan pembayarannya agar dipotong dari gaji engkau sebagai khalifah setiap bulan. Tetapi, sebelum pengajuan itu kami penuhi, tolong jawab dulu pertanyaan ini, dari mana engkau yakin bahwa besok engkau masih hidup?"

Membaca balasan surat itu, bergetarlah hati Umar. Tubuhnya seakan lemas tak bertulang. Umar tidak bisa membuktikan bahwa esok hari ia masih hidup. Ia sadar telah berbuat salah. Ia bersujud sambil beristigfar memohon ampun kepada Allah.

Setelah memohon ampun, ia pun memanggil anaknya. "Wahai anakku, maafkan ayahmu. Aku tak sanggup membelikan baju baru untukmu. Ketahuilah, kemuliaan seseorang bukan diukur dari bajunya, melainkan dari kemuliaan akhlaknya. Sekarang, pergilah engkau ke sekolah, dan katakan saja kepada teman-temanmu bahwa ayahmu tak punya uang untuk membeli baju baru."

Alangkah luar biasanya perhatian dan kewaspadaan seorang pemimpin dan bawahan. Mereka saling memberikan nasihat dan peringatan. Kisah ini menohok kesadaran kita tentang perilaku para pemimpin sekarang di negeri ini.

Alih-alih mengutamakan kesederhanaan dan kemuliaan akhlak, mereka malah saling berebut kekuasaan dan memperkaya diri dengan perilaku korup. Semua itu dilakukan tanpa rasa bersalah. Bahkan, antara atasan dan bawahan saling menutupi kesalahan satu sama lain. Tak heran bila Allah menimpakan azab demi azab (bencana) untuk menyadarkan kita agar senantiasa takut kepada-Nya. Wallahu a'lam.

Wasiat Tuan Guru Sekumpul


Wasiat KH Muhammad Zaini Abdul Ghani :
1. Menghormati Ulama.
2. Baik Sangka Terhadap Muslimin.
3. Murah diri.
4. Manis Harta.
5. Manis Muka.
6. Jangan Menyakiti Orang.
7. Memaafkan Kesalahan Orang.
8. Jangan Bermusuh-musuhan.
9. Jangan Thoma.
10. Berpegang Kepada Allah Ta’ala kabul segala hajat.
11. Yakin Keselamatan itu ada pada yang benar.
12. Jangan merasa baik dari pada orang lain.
13. Tiap-tiap orang iri, dengki atau adu asah jangan dilayani serahkan saja pada Allah Ta’ala.

Selasa, September 13, 2011

Kisah 8 Dirham


Pagi itu Rasulullah SAW nampak sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat, baju yang tinggal satu-satunya itu ternyata sudah usang. Dengan rizki uang delapan dirham, beliau segera menuju pasar untuk membeli baju.

Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang wanita yang sedang menangis. Ternyata ia kehilangan uangnya. Dengan kemurahan hati, beliau memberikan 2 dirham untuknya. Tidak hanya itu, beliau juga berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu.

Setelah itu, Rasulullah SAW lalu melangkah ke pasar. Beliau langsung mencari barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga 4 dirham lalu bergegas pulang. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Dengan iba, orang itu memohon sepotong baju yang baru dibelinya.

Karena tidak tahan melihatnya, beliau langsung memberikan baju itu. Maka kembalilah beliau ke pasar untuk membeli baju lagi dengan uang tersisa 2 dirham, tentu saja kualitasnya lebih kasar dan jelek dari sebelumnya.
Ketika hendak pulang lagi, Rasulullah SAW kembali bertemu dengan wanita yang menangis tadi. Wanita itu nampak bingung dan gelisah. Ia takut pulang karena khawatir dimarahi majikannya akibat sudah terlambat. Dengan kemuliaan hati beliau, Rasul langsung menyatakan kesanggupan untuk mengantarkannya.

”Assalamu’alaikum warahmatullah”, sapa Rasulullah SAW ketika sampai rumah majikan wanita itu. Mereka yang di dalam semuanya terdiam, padahal mendengarnya. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah SAW memberi salam lagi dengan keras. Tetap tak terdengar jawaban. Rasul pun mengulang untuk yang ketiga kalinya dengan suara lantang, barulah mereka menjawab dengan serentak.

Rupanya hati mereka diliputi kebahagiaan dengan kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah SAW sebagai berkah dan ingin terus mendengarnya. Rasulullah SAW lalu berkata,”Pembantumu ini terlambat dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya”. Mendengar ucapan itu, mereka kagum akan akan budi pekerti beliau. Mereka akhirnya menjawab, “Kami telah memaafkannya, dan bahkan membebaskannya.”

Budak itu bahagia tak terkira, tak terhingga rasa terima kasihnya kepada Rasul. Lalu ia bersyukur atas karunia Allah SWT atas kebebasannya. Rasulullah SAW pulang dengan hati gembira karena satu perbudakan telah terbebaskan dengan mengharap ridha Allah SWT. Beliau pun berujar,”Belum pernah kutemui berkah 8 dirham sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu menenteramkan seseorang dari ketakutan, memberi 2 orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak”.

Demikian kisah Rasulullah dengan 8 dirhamnya yang menjadi berkah. Meski hidup sederhana, beliau sangat murah hati dan banyak bersedekah. Suatu sikap mulia dan semoga kita bisa berusaha meneladaninya.

http://cara-muhammad.com/kisah/8-dirham-penuh-berkah/

Rasulullah dan Pengemis Yahudi


Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Rasulullah Muhammad SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari, sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain adalah isteri Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”

Aisyah RA menjawab, “Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum Ayah lakukan kecuali satu saja.”
“Apakah Itu?”, tanya Abubakar RA. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana”, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapa kamu?!”
Abubakar RA menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).”
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia….”
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

http://cara-muhammad.com/kisah/rasulullah-dan-pengemis-yahudi/

Rabu, September 07, 2011

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW


Disampaikan pada 9 Dzulhijjah 10 H dilembah Uranah,Arafah.

Ya, saudara-saudaraku, perhatikan apa yang akan aku sampaikan, aku tidak
tahu apakah tahun depan aku masih berada di antara kalian. Karenanya
dengarkan baik-baik apa yang kukatakan ini dan sampaikan kepada mereka
yang tidak dapat hadir saat ini.

Ya, saudara-saudaraku, seperti kita ketahui, bulan ini, hari ini dan
kota ini adalah suci, karenanya pandanglah kehidupan dan milik, setiap
orang Muslim sebagai kepercayaan yang suci.

Kembalikan barang-barang yang dipercayakan kepadamu kepada pemilik yang
sebenarnya. Jangan kau lukai orang lain sebagaimana orang lain tidak
melukaimu.
Ingatlah bahwa kamu akan bertemu dengan Allah SWT dan Dia akan
memperhitungkan amalanmu dengan sebenar-benarnya.

Allah SWT telah melarangmu memungut riba, karenanya mulai saat ini dan
untuk seterusnya kewajiban membayar riba dihapuskan. Waspadalah
terhadap syaitan, demi keselamatan Agamamu. Dia telah kehilangan semua
harapannya untuk membawa kalian pada kesesatan yang nyata, tapi
waspadalah agar tidak terjebak pada tipuan halusnya.

Ya, saudara-saudaraku, adalah benar kamu mempunyai hak tertentu terhadap
isteri-isterimu, tapi mereka juga mempunyai hak atas dirimu. Apabila
mereka mematuhi hakmu maka mereka memperoleh haknya untuk mendapat
makanan dan pakaian secara layak.

Perlakukanlah isteri-isterimu dengan baik dan bersikaplah manis terhadap
mereka, karena mereka adalah pendampingmu dan penolongmu yang setia. Dan
adalah hakmu untuk melarang mereka berteman dengan orang-orang yang
tidak kamu sukai, dan juga terlarang melakukan perzinahan.

Ya, saudara-saudaraku, dengarkanlah baik-baik, sembahlah Allah, Shalat
lima kali dalam sehari, laksanakan Puasa selama bulan Ramadhan,dan
tunaikanlah Zakat,laksanakan ibadah Haji bila mampu.

Ketahuilah bahwa sesama Muslim adalah bersaudara. Kamu semua adalah
sederajat. Tidak ada perbedaan satu terhadap yang lain kecuali Ketaqwaan
dan Amal Shalih.

Ingatlah, suatu hari kamu akan menghadap Allah dan harus mempertanggung
jawabkan semua amalanmu. Karena itu berhati-hatilah jangan menyimpang
dari jalan kebenaran setelah kepergianku nanti.

Ya, saudara-saudaraku, tidak akan ada Nabi atau Rasul sesudahku dan
tidak akan ada agama lain yang lahir. Karenanya simaklah baik-baik ya
Saudaraku, dan pahamilah kata-kata yang kusampaikan kepadamu, bahwa aku
meninggalkan dua pusaka, Al-Qur'an dan contoh-contohku sebagai As-Sunnah
dan bila kalian mengikutinya tidak mungkin akan tersesat.

Siapa yang mendengarkan perkataanku ini wajib menyampaikannya kepada
yang lain dan seterusnya dan mungkin yang terakhir memahami kata-kataku
ini bisa lebih baik dari yang langsung mendengarkan.

Demi Allah aku bersaksi, bahwa aku telah menyampaikan ajaran-Mu kepada
umat-Mu ya Allah.

Dialog Tentang Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa



Pada tulisan yang lalu dengan judul "Aktualisasi Panca Sila Sebagai
Ideologi Bangsa" salahsatu pembaca Blog Prof. Dr Achmad Mubarok yang
berkenan memberikan tanggapan yang patut kita simak bersama.

Dear Prof. Dr. Ahmad Mubarok,

Saya beranikan diri untuk mengirim email kepada Bpk, setelah membaca
artikel bapak yang berjudul "Aktualisasi Panca Sila Sebagai Ideologi
Bangsa".

Dari artikel itu, saya melihat pandangan Bapak terhadap pancasila
sangat tinggi, Bapak sangat mensyakralkan dan mengagungkan pancasila.
Lebih-lebih statement Bapak yang mengatakan "Ideolog Islamisme tidak
lagi perlu menyuarakan gerakan pemberlakuan syariat Islam, karena
disamping kontraproduktip, sesungguhnya nilai itu sudah tertampung
dalam dekrit Presiden 5 Juli 1959, yakni Piagam Jakarta menjiwai
seluruh batang tubuh UUD 45."

Dari situ telihat jelas bahwa Bapak sangat mengagungkan pancasila dan
menolak Islam. Kita sebagai umat Islam, tidak seharusnya mengeluarkan
statement seperti itu, apalagi orang sekelas Bapak yang mempunyai
banyak massa.

Tolong Bapak lebih berhati-hati dalam mengeluarkan statement, jangan
sampai statement yang bapak keluarkan nantinya akan membawa Bapak
masuk ke dalam Neraka Alloh... (dan mungkin itulah syurga-nya pancasila)
Mohon maaf kalo tidak berkenan...

Jawaban Prof. Dr. Achmad Mubarok

Panca Sila itu kebudayaan, tidak sakral, ia bisa berubah, negara NKRI
juga kebudayaan, tidak sakral, bisa berubah menjadi kerajaan bisa
menjadi federal, bisa dijajah. Agama Islam ada sisi yang bersifat
mahdlah, murni, tak boleh diubah, tidak ada ruang kreatifitas. Tetapi
kebudayaan Islam itu hasil pemikiran manusia yang diilhami oleh ajaran
Islam,maka karena kebudayaan itu ruang kreatifitas maka kebudayaan
Islam bisa berubah, bisa berbeda-beda pandangan, berbeda mazhab.

Mengetrapkan syariat Islam ke dalam kehidupan bernegara adalah proses
pembudayaan, karena negara dan Panca Sila itu kebudayaan, maka
prosesnya antara lain melalui Piagam Jakarta yang berbunyi, negara
berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluknya (Piagam jakarta juga kebudayaan). Konstitusi kita sudah
memberi peluang untukmemasukkan nilai-nilai syariat Islam ke dalam
Undang-Undang, maka sudah ada Undang2 Haji, Undang2 Perkawinan,UU
wakaf,UU Zakat, dan silahkan UU apa lagi yang berisi nilai-nilai
syari'at Islam boleh diusulkan dan diperjuangkan melalui parlemen.UU
sisdiknas pun sudah memasukkan akhlakmulia sebagai bagian dari sistem.

Tetapi kalau kita langsung berteriak dengan gerakan pemberlakuan
syariat Islam maka kita akan berhadapan dengan lawan yang sesungguhnya
tidak diperlukan, dari non muslim dan orang Islam awam, karena tidak
semua penganut Islam mempunyai visi yang sama (Piagam Jakarta ditolak
oleh sidang Konstituante tahun 1955,padahalmayoritas anggauta
konstituate beragama Islam). Anda tahu kan,di awal reformasi Prof
Deliar Noor membikin PartaiUmmat Islam (PUI), mestinya di negara yang
mayoritasnya umat Islam kan PUI menang, tetapi nyatanya tak satu
kursipun diperoleh, karena identitas ummat belum menjadi identitas
politik dan identitas budaya.

Hidayat Nur Wahid juga tidak membuat Partai Islam, tapi Partai
Keadilan Sejahtera,karena keadilan dan kesejahteraan adalah
nilai-nilai syari`at Islam. Amin Rais tidak membuat Partai Islam
tetapiPartai Amanat Nasional, karena amanat adalah nilai syari'at
Islam. Kelemahan orang seperti anda, anda mencampur adukkan kebudayaan
dengan agama mahdloh, sehingga anda menganggap saya menolak Islam dan
anda mencancam saya akan masuk neraka, sepertinya sorga milik anda.
Coba anda tengok semua negara Islam, di Malaisia,Mesir, Saudi,Sudan,
Libia, Suriah, Turki,Emirat,Pakistan, Yaman dan mana lagi.

Ummat Islam Indonesia lebih membutuhkan orang yang mampu secara cerdas
memasukkan nilai-nilai syari'at Islam ke dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Berteriak-teriak takbir di jalanan sambil mengusung bendera
syariat Islam sambil juga mengkafirkan muslim lain yang berbeda
pandangan memang meriah, tetapi tidak strategis. Kalau Iran memang
bisa karena memiliki tokoh sekaliber Imam Khumaini dengan konsep
wilayatul faqih nya dan masyarakat Syi`ah secara sosiologis adalah
masyarakat yang sangat patuh kepada pimpinan mullah-mullah dibawah
ayatullah al uzma.

Indonesia muslimnya Sunni, ulamanya tidak terorganisir seperti
mullah-mullah, dan tiap kelompok mempunyai ulama sendiri-sendiri. Jika
Iran efektip dipimpin oleh kesatuan imamah, Indonesia membutuhkan
kemampuan meminij keragaman. OK, saya senang anda jujur, dan kita bisa
lebih banyak belajar lagi, syukur-syukur mau ketemu saya,mudah-mudahan
nanti kita bersama-sama di sorga yang sama.. 
http://mubarok-institute.blogspot.com

Kisah Nabi Adam (Kisah Dalam Al Qur'an)




Al-Baqarah 
Baqarah [30] Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.

Baqarah [31] Dan Dia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Dia berfirman: Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar.
 
Baqarah [32] Malaikat itu menjawab: Maha suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

Baqarah [33] Allah berfirman: Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka. Maka setelah Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui segala rahsia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?.

Baqarah [34] Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat: Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam. Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; dia enggan dan takbur dan menjadilah dia dari golongan yang kafir.  

Baqarah [35] Dan kami berfirman: Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu dalam Syurga dan makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai dan janganlah kamu hampiri pokok ini; (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari golongan orang-orang yang zalim.
 
Baqarah [36] Setelah itu maka Syaitan menggelincirkan mereka berdua dari Syurga itu dan menyebabkan mereka dikeluarkan dari nikmat yang mereka telah berada di dalamnya dan Kami berfirman: Turunlah kamu! Sebahagian dari kamu menjadi musuh kepada sebahagian yang lain dan bagi kamu semua disediakan tempat kediaman di bumi, serta mendapat kesenangan hingga ke suatu masa (mati). 

Baqarah [37] Kemudian Nabi Adam menerima dari Tuhannya beberapa kalimah (kata-kata pengakuan taubat yang diamalkannya), lalu Allah menerima taubatnya; sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani.

Baqarah [38] Kami berfirman lagi: Turunlah kamu semuanya dari Syurga itu! Kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu (melalui Rasul-rasul dan Kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka), maka sesiapa yang mengikuti petunjukKu itu nescaya tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita.

Al-A’raf
Al-A’raf [11] Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu, lalu Kami membentuk rupa kamu, kemudian Kami berfirman kepada malaikat-malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, lalu mereka sujud melainkan Iblis, dia tidaklah termasuk dalam golongan yang sujud.

Al-A’raf [12] Allah berfirman: Apakah penghalangnya yang menyekatmu daripada sujud ketika Aku perintahmu? Iblis menjawab: Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (wahai Tuhan) jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah.

Al-A’raf [13] Allah berfirman: Turunlah engkau dari Syurga ini, kerana tidak patut engkau berlaku sombong di dalamnya; oleh sebab itu keluarlah, sesungguhnya engkau dari golongan yang hina.

Al-A’raf [14] Iblis berkata: Berilah tempoh kepadaku hingga hari mereka dibangkitkan (hari kiamat).

Al-A’raf [15] Allah berfirman: Sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh (ke suatu masa yang tertentu).

Al-A’raf [16] Iblis berkata: Oleh kerana Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan daku tersesat (maka) demi sesungguhnya aku akan mengambil tempat menghalangi mereka (dari menjalani) jalanMu yang lurus;

Al-A’raf [17] Kemudian aku datangi mereka, dari hadapan mereka serta dari belakang mereka, dan dari kanan mereka serta dari kiri mereka dan Engkau tidak akan dapati kebanyakan mereka bersyukur.

Al-A’raf [18] Allah berfirman: Keluarlah engkau dari Syurga sebagai makhluk yang terhina serta terusir. Sesungguhnya sesiapa di antara mereka yang menurutmu, tetaplah aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan (golongan) kamu (yang derhaka) semuanya;

Al-A’raf [19] Dan wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam Syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai dan janganlah kamu hampiri pokok ini, (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang zalim.

Al-A’raf [20] Setelah itu maka Syaitan membisikkan (hasutan) kepada mereka berdua supaya (dapatlah) dia menampakkan kepada mereka akan aurat mereka yang (sekian lama) tertutup dari (pandangan) mereka, sambil dia berkata: Tidaklah Tuhan kamu melarang kamu daripada (menghampiri) pokok ini, melainkan (kerana Dia tidak suka) kamu berdua menjadi malaikat atau menjadi dari orang-orang yang kekal (selama-lamanya di dalam Syurga).

Al-A’raf [21] Dan dia bersumpah kepada keduanya (dengan berkata): Sesungguhnya aku adalah dari mereka yang memberi nasihat kepada kamu berdua.

Al-A’raf [22] Dengan sebab itu dapatlah dia menjatuhkan mereka berdua (ke dalam larangan) dengan tipu dayanya. Setelah mereka memakan (buah) pohon itu, terdedahlah kepada mereka berdua aurat masing-masing dan mereka mulailah menutupnya dengan daun-daun (dari) Syurga. Serta Tuhan mereka menyeru mereka: Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pokok itu dan Aku katakan kepada kamu, bahawa Syaitan itu adalah musuh kamu yang nyata?

Al-A’raf [23] Mereka berdua merayu: Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan kalau Engkau tidak mengampunkan kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya menjadilah kami dari orang-orang yang rugi.

Al-A’raf [24] Allah berfirman: Turunlah kamu semuanya, dengan keadaan setengah kamu menjadi musuh bagi setengahnya yang lain dan bagi kamu disediakan tempat kediaman di bumi dan juga diberi kesenangan hingga ke suatu ketika (mati).

Al-A’raf [25] Allah berfirman lagi: Di bumi itu kamu hidup dan di situ juga kamu mati dan daripadanya pula kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan hidup semula pada hari kiamat).


Ta-Ha 
Ta-Ha [116] Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, lalu mereka sujud, melainkan Iblis, dia enggan sujud.

Ta-Ha [117] Maka, Kami berfirman: Wahai Adam sesungguhnya Iblis ini musuh bagimu dan bagi isterimu; oleh itu, janganlah dia menyebabkan kamu berdua keluar dari Syurga, kerana dengan yang demikian engkau (dan isterimu) akan menderita.

Ta-Ha [118] Sesungguhnya telah dikurniakan berbagai nikmat bagimu, bahawa engkau tidak akan lapar dalam Syurga itu dan tidak akan bertelanjang.

Ta-Ha [119] Dan sesungguhnya engkau juga tidak akan dahaga dalam Syurga itu dan tidak akan merasa panas matahari.

Ta-Ha [120] Setelah itu maka Syaitan membisikkan (hasutan) kepadanya, dengan berkata: Wahai Adam, mahukah, aku tunjukkan kepadamu pohon yang menyebabkan hidup selama-lamanya, dan kekuasaan yang tidak akan hilang lenyap

Ta-Ha [121] Kemudian mereka berdua memakan dari pohon itu, lalu terdedahlah kepada mereka aurat masing-masing dan mereka mulailah menutupnya dengan daun-daun dari Syurga dan dengan itu derhakalah Adam kepada Tuhannya, lalu tersalah jalan (dari mencapai hajatnya).

Ta-Ha [122] Kemudian Tuhannya memilihnya (dengan diberi taufik untuk bertaubat), lalu Allah menerima taubatnya serta diberi petunjuk.

Ta-Ha [123] Allah berfirman: Turunlah kamu berdua dari Syurga itu, bersama-sama, dalam keadaan setengah kamu menjadi musuh bagi setengahnya yang lain; kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu, maka sesiapa yang mengikut petunjukKu itu nescaya dia tidak akan sesat dan dia pula tidak akan menderita azab sengsara.

Israa 
Israa [61] Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam; maka mereka sujudlah melainkan iblis; dia berkata: Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?

Israa [62] Dia berkata lagi: Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku? Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga hari kiamat, tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya, kecuali sedikit (di antaranya).

Israa [63] Allah berfirman (kepada iblis): Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)! Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka, maka sesungguhnya Neraka Jahanamlah balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.

Israa [64] Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat memujuknya dengan suaramu; dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka dan turut campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda dan anak-anak (mereka) dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu). Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh Syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.

Israa [65] Sesungguhnya hamba-hambaKu (yang beriman dengan ikhlas), tiadalah engkau (hai iblis) mempunyai sebarang kuasa terhadap mereka (untuk menyesatkannya); cukuplah Tuhanmu (wahai Muhammad) menjadi Pelindung (bagi mereka).


Al-Hijr 
Al-Hijr [28] Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.

Al-Hijr [29] Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya, serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaanKu) maka hendaklah kamu sujud kepadanya.
Dikatakan Allah S.W.T meniup roh ke dalam diri Adam melalui kepala dan selepas itu malaikat dengan perintah Allah telah mengajar Adam untuk memuji Allah iaitu dengan menyebut (الحمد لله )(apabila beliau bersin). Apabila roh memasuki bahagian matanya, Adam telah dapat melihat dengan jelas buah-buah yang terdapat di dalam syurga. Selepas itu apabila sampai roh ke bahagian kerongkong Adam ingin makan. Dan sebelum roh sampai kebahagian kaki, maka Adam segera ingin menjangkau buah tersebut .
“wa ka nal insa nu ajula” 
Israa [17]……dan sememangnya manusia itu (bertabiat) terburu-buru
Anbiyaa [37] Jenis manusia dijadikan bertabiat terburu-buru dalam segala halya
Al-Hijr [30] (Setelah selesai kejadian Adam) maka sujudlah sekalian malaikat, semuanya sekali,

Al-Hijr [31] Melainkan Iblis; dia enggan turut bersama mereka yang sujud.

Al-Hijr [32] Allah berfirman: Hai Iblis! Apa sebabnya engkau tidak turut bersama mereka yang sujud itu?.

Al-Hijr [33] Iblis menjawab: Aku tidak patut sujud kepada manusia yang Engkau jadikan dia dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.

Al-Hijr  [34] Allah berfirman: Kalau demikian, keluarlah engkau daripadanya, kerana sesungguhnya engkau dari sekarang ke masa depan adalah (satu makhluk yang) diusir.

Al-Hijr [35] Dan sesungguhnya engkau ditimpa laknat terus-menerus hingga ke hari kiamat.

Al-Hijr [36] Iblis berkata: Wahai Tuhanku! Jika demikian, berilah tempoh kepadaku hingga ke hari mereka dibangitkan (hari kiamat).

Al-Hijr [37] Allah berfirman: Dengan permohonanmu itu, maka sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh.

Al-Hijr [38] Hingga ke hari (masa) yang termaklum.

Al-Hijr [39] Iblis berkata: Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat, (maka) demi sesungguhnya aku akan memperelokkan segala jenis maksiat kepada Adam dan zuriatnya di dunia ini dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,

Al-Hijr [40] Kecuali di antara zuriat-zuriat Adam itu hamba-hambaMu yang dibersihkan dari sebarang syirik.

Al-Hijr [41] Allah berfirman: Inilah satu jalan yang lurus, yang tetap Aku memeliharanya.

Al-Hijr [42] Sesungguhnya hamba-hambaKu, tidaklah ada bagimu sebarang kuasa untuk menyesatkan mereka, kecuali sesiapa yang menurutmu dari orang-orang yang sesat (dengan pilihannya sendiri).

Al-Hijr [43] Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu, tempat yang dijanjikan bagi sekalian mereka (yang menurutmu).


Sad 
Sad [71] (Ingatkanlah peristiwa) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia, Adam dari tanah;

Sad [72] Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya, serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaanKu) maka hendaklah kamu sujud kepadanya.

Sad [73] (Setelah selesai kejadian Adam) maka sujudlah sekalian malaikat, semuanya sekali.

Sad [74] Melainkan Iblis; dia berlaku sombong takbur (mengingkarinya) serta menjadilah dia dari golongan yang kafir.

Sad [75] Allah berfirman: Hai iblis! Apa yang menghalangmu daripada turut sujud kepada (Adam) yang Aku telah ciptakan dengan kekuasaanKu? Adakah engkau berlaku sombong takbur ataupun engkau dari golongan yang tertinggi?

Sad [76] Iblis menjawab: Aku lebih baik daripadanya; Engkau (wahai Tuhanku) ciptakan daku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah

Sad [77] Allah berfirman: Kalau demikian, keluarlah engkau daripadanya, kerana sesungguhnya engkau adalah makhluk yang diusir.

Sad [78] Dan sesungguhnya engkau ditimpa laknatku terus menerus hingga ke hari kiamat!

Sad [79] Iblis berkata: Wahai Tuhanku! Jika demikian, berilah tempoh kepadaku hingga ke hari mereka dibangkitkan (hari kiamat).

Sad [80] Allah berfirman: Dengan permohonanmu itu, maka sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh;

Sad [81] Hingga ke hari masa yang termaklum.

Sad [82] Iblis berkata: Demi kekuasaanmu (wahai Tuhanku), aku akan menyesatkan mereka semuanya,

Sad [83] Kecuali hamba-hambaMu di antara zuriat-zuriat Adam itu yang dibersihkan dari sebarang kederhakaan dan penyelewengan.

Sad [84] Allah berfirman: Maka Akulah Tuhan Yang Sebenar-benarnya dan hanya perkara yang benar Aku firmankan

Sad [85] Demi sesungguhnya! Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan jenismu dan dengan orang-orang yang menurutmu di antara zuriat-zuriat Adam (yang derhaka) semuanya.

Maidah 
Maidah [31] Kemudian Allah hantarkan seekor burung gagak (menyuruhnya) mengorek-ngorek di bumi supaya diperlihatkan kepada (Qabil) bagaimana cara menimbus mayat saudaranya. (Qabil) berkata: Wahai celakanya aku! Alangkah lemah serta bodohnya aku, aku tidak tahu berbuat seperti burung gagak ini, supaya aku dapat menimbuskan mayat saudaraku?. Kerana itu menjadilah dia dari golongan orang-orang yang menyesal.

http://osamabinladen.wordpress.com/category/kisah-nabi/

Kisah Nabi Khaidir (Kisah Dalam Al Qur'an)

Al Kahfi 65-82






Pertemuan Nabi Khaidir dan Nabi Musa
[65] Lalu mereka dapati seorang dari hamba-hamba Kami yang telah kami kurniakan kepadanya rahmat dari Kami dan Kami telah mengajarnya sejenis ilmu; dari sisi Kami.  
[66] Nabi Musa berkata kepadanya: Bolehkah aku mengikutmu, dengan syarat engkau mengajarku dari apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu, ilmu yang menjadi petunjuk bagiku?  
[67] Dia menjawab: Sesungguhnya engkau (wahai Musa), tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku.
[68] Dan bagaimana engkau akan sabar terhadap perkara yang engkau tidak mengetahuinya secara meliputi?
[69] Nabi Musa berkata: Engkau akan dapati aku, Insya Allah: Orang yang sabar; dan aku tidak akan membantah sebarang perintahmu. 
[70] Dia menjawab: Sekiranya engkau mengikutku, maka janganlah engkau bertanya kepadaku akan sesuatupun sehingga aku ceritakan halnya kepadamu. 

Nabi Khaidir Merusak Perahu
[71] Lalu berjalanlah keduanya sehingga apabila mereka naik ke sebuah perahu, dia membocorkannya. Nabi Musa berkata: Patutkah engkau membocorkannya sedang akibat perbuatan itu menenggelamkan penumpang-penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perkara yang besar.
[72] Dia menjawab: Bukankah aku telah katakan, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?
[73] Nabi Musa berkata: Janganlah engkau marah akan daku disebabkan aku lupa (akan syaratmu) dan janganlah engkau memberati daku dengan sebarang kesukaran dalam urusanku (menuntut ilmu).

Nabi Khaidir Membunuh Seorang Pemuda
[74] Kemudian keduanya berjalan lagi sehingga apabila mereka bertemu dengan seorang pemuda lalu dia membunuhnya. Nabi Musa berkata Patutkah engkau membunuh satu jiwa yang bersih, yang tidak berdosa membunuh orang? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perbuatan yang mungkar!
75] Dia menjawab: Bukankah, aku telah katakan kepadamu, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?
[76] Nabi Musa berkata: Jika aku bertanya kepadamu tentang sebarang perkara sesudah ini, maka janganlah engkau jadikan daku sahabatmu lagi; sesungguhnya engkau telah cukup mendapat alasan-alasan berbuat demikian disebabkan pertanyaan-pertanyaan dan bantahanku.

Nabi Khaidir Memperbaiki Tembok
[77] Kemudian keduanya berjalan lagi, sehingga apabila mereka sampai kepada penduduk sebuah bandar, mereka meminta makan kepada orang-orang di situ, lalu orang-orang itu enggan menjamu mereka. Kemudian mereka dapati di situ sebuah tembok yang hendak runtuh, lalu dia membinanya. Nabi Musa berkata: Jika engkau mahu, tentulah engkau berhak mengambil upah mengenainya!

Penjelasan Nabi Khaidir Kepada Nabi Musa 
[78] Dia menjawab: Inilah masanya perpisahan antaraku denganmu, aku akan terangkan kepadamu maksud (kejadian-kejadian yang dimusykilkan) yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.
[79] Adapun perahu itu adalah ia dipunyai oleh orang-orang miskin yang bekerja di laut; oleh itu, aku bocorkan dengan tujuan hendak mencacatkannya, kerana di belakang mereka nanti ada seorang raja yang merampas tiap-tiap sebuah perahu yang tidak cacat.
[80] Adapun pemuda itu, kedua ibu bapanya adalah orang-orang yang beriman, maka kami bimbang bahawa dia akan mendesak mereka melakukan perbuatan yang zalim dan kufur.
[81] Oleh itu, kami ingin dan berharap, supaya Tuhan mereka gantikan bagi mereka anak yang lebih baik daripadanya tentang kebersihan jiwa dan lebih mesra kasih sayangnya.
[82] Adapun tembok itu pula, adalah ia dipunyai oleh dua orang anak yatim di bandar itu dan di bawahnya ada harta terpendam kepuyaan mereka dan bapa mereka pula adalah orang yang soleh. Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka cukup umur dan dapat mengeluarkan harta mereka yang terpendam itu, sebagai satu rahmat dari Tuhanmu (kepada mereka) dan (ingatlah) aku tidak melakukannya menurut fikiranku sendiri. Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan perkara-perkara yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.

http://osamabinladen.wordpress.com/2006/10/10/kisah-nabi-khaidir/

Selasa, September 06, 2011

Allah Hoo Allah Hoo





Maalikul mulk laa shariikaa lahuu
vaahdahuu laa ilaaha illaa huu
Shams Tabrez gar Khudaa talaabii
khusbuukhaaN laa ilaa illa huu

Ruler of the world, soul of my blood
The promised one, there is nothing but you
Every great scholar is your student
In every scent, there is nothing but you


Kaunain kaa masjuud hai maabuud hai tuu
har shai terii shaahid hai ke mash’uud hai tuu
har ek ke lab par hai terii hamd-o-sanaa
har soz meN har saaz meN maujuud hai tuu

You are the Lord of the two worlds, you are to be worshipped
all creations are your witnesses because you are to be witnessed.
On every lip is your praise and eulogy
you are present in all passions and all music.


tere hii naam se har ibtidaa hai
tere hii naam tak har intihaa hai
terii hamd-o-sanaa, alhumdulillah
ke tuu mere Muhammad kaa Khudaa hai

All beginnings begin with your name
and all the [blessings] end with your name.
Your praise is praiseworthy
because you are the God of my Muhammad.


Allah huu Allah huu
Allah huu Allah huu

Sufi mystic chants.

ye zamiin jab na thii, ye jahaaN jab na thaa
chaaNd suraj na the, aasmaaN jab na thaa
raaz-e-haq bhii kisii par ayaaN jab na thaa
jab na thaa kuch yahaaN, thaa magar tuu hi tuu

The time when there was neither land nor the world
nor moon, sun or the sky,
[and] when truth was not known to anyone.
At that time there was nothing except you.


pahuNche meraaj meN arsh tak Mustafaa
jab na maabuud-o-bande meN pardaa rahaa
tab malaaik ne Hazrat se chhup kar kahaa
saarii maKhluuq meN haq-numaa tuu hii tuu

When Mustafa (another name of Prophet Muhammad) ascended to heavens
[and] when there was no veil between the master and the servant.
Then the angels said secretly to the Prophet
that of all the creations, only he was truth-like.


kyuuN piyaa ibn-e-Haider ne jaam-e-fanaa?
Khaal khichvaa’ii Tabrez ne kyuuN bhalaa?
daar par chaRh kar Mansoor ne kyaa kahaa?
sab banaa ke khilone rahaa tuu hii tuu

Why the son of Haider drank the cup of annihilation?
Why Tabrez agreed to be skinned alive?
What Mansoor said on the gallows?
After making all these toys, you remained the same.


Khaaliq-e-kul hai tuu ismeN kyaa guftuguu
saare aalam ko hai teri hi justujuu
teri jalvaagarii hai ayaaN chahaar-suu
laa shariikaa lahuu, maalik-e-mulk tuu

There is no argument that you are the master of all
[and] the whole world pines for you.
Your splendor is obvious everywhere
No one can be associated to you, you are the master of the world.


har shai tere jamaal kii aaiinaa-daar hai
har shai pukaartii hai tuu parvardigaar hai

Every creation reflect your glory
all creations chant that you are the Lord.


terii rabuubiyat kii adaa ko kamaal hai
tuu rabb-e-qaaynaat hai, tuu laa-zavaal hai

The beauty of your Lordship is perfect
you are the Lord of the Universe, you are without decline.


tuu jo har aan nayii shaan dikhaa detaa hai
diidaa-e-shauq ko hairaaan banaa detaa hai
Daalii Daalii terii takhliiq ke gun gaatii hai
pattaa pattaa terii qudrat kaa pataa detaa hai

You, the one who glows with new radiance every moment
[and] perplex the yearning eyes.
All the branches [of trees] sing praise of your creation
[and] all the leaves lead to your omnipotence.


laa ilaahaa terii shaan yaa! vaadahuu
tuu Khayaal-o-tajassus, tuu hii aarzuu
aaNkh kii roshnii, dil kii aavaaz
thaa bhii tuu, hai bhii tuu, hogaa bhii tuu

There is no one like you and that is your grandeur, O! the unique one
you are the imagination and inquisitiveness, you are the wish
you are the light [and] the voice of heart
you were there, you are there and you will be there.

Titipan Allah


 

Dari pernikahan dua sahabat Rasulullah saw, Abu Thalhah dan Ummu Sulaim, lahir seorang anak bernama Abu Umair. Ketika Abu Thalhah pergi, Abu Umair anak satu-satunya dari pasangan tersebut meninggal dunia. Ummu Sulaim mengurus mayat anaknya yang telah tiada dengan penuh ketabahan.

Setelah dimandikan, Ummu Sulaim menidurkan anaknya di sebuah sudut rumahnya. Kemudian, ia berdandan dan memakai pakaiannya yang terbaik, serta memasak makanan yang lezat untuk menyongsong kepulangan suaminya, Abu Thalhah.

Ketika Abu Thalhah datang dan menanyakan anaknya, Ummu Sulaim berkata, ”Anak kita, sekarang sedang istirahat.” Sambutan Ummu Sulaim yang begitu menyenangkan, membuat Abu Thalhah tidak lagi merasa lelah, dan tidak ada lagi pikiran yang mengganggunya. Dia pun dapat menikmati makanan lezat yang dihidangkan oleh sang istri tercinta.

Ummu Sulaim berkata, ”Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu jika ada orang yang menitipkan sesuatu kepada seorang temannya. Namun, ketika orang itu meminta kembali barangnya, temannya malah marah?” Abu Thalhah berkata, ”Tidak boleh bertindak demikian, sebab bagaimanapun barang titipan harus dikembalikan kepada pemiliknya.”

Kemudian, Ummu Sulaim menyambung perkataannya, ”Anak yang kita cintai ini hanyalah titipan belaka. Sekarang, Allah telah mengambil kembali titipan-Nya itu.” Setelah mendengar perkataan istrinya yang begitu bermakna, maka Abu Thalhah pun sadar dan ridla akan qadha (ketentuan) Allah. Dengan penuh ikhlas, Abu Thalhah berucap ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun (kami semua milik Allah, dan kami semua akan kembali kepada-Nya).”

Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah saw. Setelah bertemu, ia bercerita tentang musibah yang menimpa keluarganya. Lalu, Rasulullah saw mendoakan Abu Thalhah dan Ummu Sulaim agar Allah memberkahi mereka berdua. Doa Rasulullah saw dikabulkan Allah swt. Abu Thalhah mendapatkan putra lagi yang diberi nama Abdullah. Dari Abdullah inilah, Abu Thalhah mendapatkan sembilan orang cucu yang semuanya hafal dan ahli Al Quran. Abu Thalhah dan Ummu Sulaim adalah sepasang suami-istri yang layak dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berumah tangga, juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesadaran bahwa segala apa yang dimiliki manusia hanyalah titipan dari Allah, membuat manusia selalu tabah dan sabar, ketika mendapatkan ujian serta cobaan. Ujian itu bisa berupa meninggalnya salah seorang anggota keluarga yang dicintai, hilangnya harta dan jabatan yang menjadi kebanggaannya, dan sebagainya.
Allah swt berfirman, ”Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada mereka yang sabar, (yaitu) mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.” (QS Albaqarah, ayat 155-156). Wallahu a’lam bish-shawab.

http://anurachman.wordpress.com/2009/05/14/titipan-allah/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...