Jumat, Oktober 07, 2011

Kisah Raja Thalut (Raja Bani Israil)


Ayat-ayat Al Qur'an memberi gambaran kepada kita tentang kondisi Bani Israel dalam satu masa kehidupannya di tanah suci Palestina. Dimana saat itu mereka berada dalam masa-masa yang kelam; teraniaya dan menjadi tujuan penyerangan musuh-musuhnya. Sialnya, musuh-musuh mereka dapat mencuri "Tâbut"yang di dalamnya Allah telah memberikan perasaan tenang kepada mereka. Tabut itu merupakan satu-satunya peninggalan dari keluarga Musa dan keluarga Harun As.

Bani Israel sepenuhnya merasakan kehinaan dan penderitaan ini. Semua orang menderita, tak terkecuali para pemimpin mereka. Maka dalam diri mereka timbul niat untuk merubah keadaan ini, mereka memimpikan kemenangan. Mereka sudah bosan menjadi bangsa yang ditindas. Dalam pandangan mereka hanya ada satu jalan untuk meraih itu; perang sampai titik darah penghabisan.

Dari itu para pemimpin Bani Israel mendatangi Nabi mereka, mereka meminta dipilihkan seseorang diantara Bani Israel menjadi pemimpin perang, mampu memberikan kemenangan kepada mereka dan mengalahkan musuh-musuh Bani Israel.
 
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah." Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Baqarah:246)

Nabi mereka mengetahui ciri dari tabiat Bani Israel. Jika mereka diperintahkan untuk berperang, niscaya sebagian besar dari mereka tidak akan mau pergi ke medan perang. Nabi mereka menjawab: "mungkin saja jika kalian diwajibkan berperang, kalian tidak akan melakukannya?" perhatikan dialog yang dikatakan Nabi mereka, Al Qur'an mengisyaratkan pemahaman Nabi mereka kepada sifat-sifat dasar yang ada dalam diri Bani Israel.

Bani Israel menyanggah perkataan Nabi itu, lalu mereka berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak akan lari dari medan perang jika perintah untuk berperang datang. Dan mereka memberi alasan bahwa yang menjadikan Bani Israel enggan berperang selama ini karena tidak adanya orang yang memimpin mereka. Alasannya lainnya yang mereka sampaikan kepada Nabinya, bahwa mereka sudah tidak kuat lagi menerima kondisi tertekan dan kekalahan yang selama ini mereka alami. Oleh karena itu mereka tidak mungkin lari dari peperangan.
 
Ketika mendengar penjelasan dan alasan yang logis dari umatnya, Nabi mereka segera berdoa kepada Allah untuk mengabulkan permohonan mereka. Allah mengabulkan keinginan Bani Israel, Ia mewahyukan kepada Nabi itu bahwa pemimpin yang mereka inginkan itu adalah Thâlut. Dialah pemimpin yang Allah pilih untuk menuju kemenangan yang diimpikan Bani Israel.

Tetapi apa yang terjadi? Bani Israel menolak Thâlut sebagai pemimpin mereka. Mereka menginginkan seorang pemimpin dari kalangan bangsawan Bani Israel seperti tradisi yang ada selama ini. Bukan Thalut yang hanya seorang rakyat miskin, dan tidak memiliki harta benda yang setara dengan para bangsawan. "Bagaimana mungkin ia menjadi raja kami, sementara kami lebih berhak untuk menjadi raja. Ia tidak punya harta benda yang banyak!" begitulah ucapan yang keluar dari Bani Israel.
 
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-Baqarah:247)

Nabi mereka cukup terkejut dengan pernyataan itu, padahal mereka tidak meminta raja dari keturunan bangsawan. Maka dengan sabar Nabi menjelaskan kepribadian yang ada dalam diri Thalut. Bahwa ia adalah seseorang yang berhak menjadi raja yang layak bagi mereka dalam timbangan Tuhan, itu memang dibutuhkan rasa keimanan untuk menerimanya. Allah memilihnya diantara Bani Israel disebabkan Thalut memilili kelebihan yang menonjol dari ilmu pengetahuan dan kekuatan fisik yang memadai untuk menjadi panglima perang. 
 
Lalu apa yang menjadikan kalian (Bani Israel) menolaknya? Sesungguhnya Allah memberikan kekuasan kepada siapa yang dikehendakinya. Dengan penjelasan ini, Nabi mereka ingin mengalahkan logika yang ada dalam jiwa Bani Israel. Oleh karena itu ia jelaskan kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri Thalut dan terpilihnya Thalut atas kehendak Allah semata. Kemudian untuk menguatkan kata-katanya, Nabi mereka berkata, "sesungguhnya tanda-tanda ia akan menjadi raja bagi kalian adalah kembalinya Tabut kepada kalian yang dibawa oleh seorang malaikat." 

“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun .”(QS. Al-Baqarah:248).

Tabut yang telah hilang dicuri oleh musuh Bani Israel akan kembali kepada mereka. Tanpa ada peperangan dengan musuh-musuh Bani Israel. Allah telah mengutus seorang malaikat untuk mengambil Tabut itu dan membawanya kepada mereka. Ini merupakan bukti dan petunjuk bahwa Allah dan para malaikat meridhai Thalut sebagai pemimpin mereka. Janji yang diucapkan Nabi mereka benar adanya, tak lama kemudian seorang malaikat datang kepada mereka. Akhirnya Thalut menjadi raja Bani Israel dan memerintahkan mereka untuk bersiap-siap berperang.

Di tengah perjalanan menuju medan perang, Thalut yang kini menjadi pemimpin mereka memberi pesan bahwa Allah akan menguji mereka dengan sebuah sungai. "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku."(QS. Al-Baqarah:249) Thalut hanya membolehkan meminumnya seteguk saja dan diambil dari tangan. Sekedar menghilangkan rasa haus dan membahasi bibir yang kering.

Tetapi ketika mereka sampai ke tepi sungai, kebanyakan dari mereka melanggar perintah Thalut. Kecuali sedikit saja yang tetap setia kepada Thalut. Thalut mengambil inisiatif untuk meninggalkan mereka yang melanggar perintahnya, dan mengajak pasukannya yang sedikit untuk bergegas ke medan perang.

Saat tiba di medan perang, tentaranya yang sedikit itu merasa ngeri dan takut untuk melawan musuh-musuh mereka yang berjumlah besar. Pasukan musuh yang berjumlah besar itu berada di bawah kepemimpinan Jalut (Goliat). Pasukan Bani Israel berkata kepada Thalut: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."(QS. Al-Baqarah:249) lalu mereka pun pergi meninggalkan medan perang. Tinggallah di sana Thalut dan beberapa orang saja dari tentaranya. Mereka yang tetap itu adalah orang-orang yang meyakini akan bertemu Allah, mengharap surga dan segala kenikmatannya.

Melihat kondisi seperti itu, Thalut memberikan kata-kata yang memberi ketentraman kepada pasukannya: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."(QS. Al-Baqarah:249) Saat memasuki peperangan Thalut berdoa kepada Allah dengan khusyu: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."(QS. Al-Baqarah:250)

Diantara "orang-orang sabar" yang tetap bersama Thalut adalah Nabi Daud As. Saat itu ia belum diangkat menjadi Nabi dan belum menjadi raja. Ia diangkat menjadi Nabi dan menjadi raja Bani Israel setelah peperangan ini. Dengan gagah berani ia maju kebarisan dimana Jalut berada dan kemudian membunuhnya. Dan setelah perang ini Daud diangkat menjadi raja Bani Israel dan dikaruniai ilmu yang banyak. 
 
”Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya ."(QS. Al-Baqarah:251)

Pasukan Thalut kembali ke negeri Palestina dengan kemenangan. Tetapi kemenangan ini tercoreng oleh ulah sebagian pasukan Bani Israel, yaitu melanggar perintah Thalut dan lari dari medan perang.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...