Minggu, Juni 14, 2009

Dongeng tentang “Sel Hasil dari Ketaksengajaan” (Teori Evolusi)



Inilah dongeng tentang sebuah kota kecil:


Suatu hari, segumpal tanah liat yang terjepit di antara bebatuan di sebuah daerah tandus menjadi basah karena hujan. Saat matahari terbit, tanah liat basah ini mengering dan mengeras, menjadi satu bentuk kokoh kuat. Bebatuan yang berperan sebagai cetakan, karena suatu hal hancur berkeping-keping, dan lalu, muncul batu bata berbentuk rapi, bagus, dan kuat. Selama bertahun-tahun, batu bata ini menunggu batu bata serupa terbentuk dalam kondisi alamiah yang sama.


Peristiwa ini berlangsung terus hingga terbentuk ratusan bahkan ribuan batu bata serupa di tempat itu. Dan kebetulan, tidak ada batu bata yang lebih dulu terbentuk menjadi rusak. Walau terkena badai, hujan, angin, terik matahari, dan dingin membekukan,batu-batu bata ini tidak retak, remuk, atau terseret menjauh.


Di tempat yang sama dan dengan tekad yang sama, mereka menunggu batu bata lain terbentuk. Ketika jumlahnya mencukupi, batu-batu bata ini membentuk sebuah bangunan dengan menyusun diri ke samping dan saling bertumpuk akibat digerakkan secara acak oleh kondisi alamiah seperti angin, badai, atau tornado. Sementara itu, bahan-bahan seperti semen atau campuran pasir terbentuk dalam “kondisi alamiah” di waktu yang tepat dan merayap di antara batu-batu bata untuk merekatkan mereka. Pada saat yang sama, bijih besi di dalam Bumi terbentuk dalam “kondisi alamiah” dan bersama batu-batu bata membangun pondasi gedung.


Pada akhir proses, sebuah bangunan berdiri lengkap dengan semua bahan, kusen, dan jaringan listriknya telah terpasang.


Tentunya sebuah bangunan tidak hanya terdiri atas pondasi, batu bata dan semen. Lalu bagaimana bahan-bahan lainnya diperoleh? Jawabannya sederhana: semua jenis bahan yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan itu terkandung di dalam Bumi di bawahnya.


Silikon untuk kaca, tembaga untuk kabel listrik, besi untuk kolom, tiang, pipa air dan lainnya, telah tersedia melimpah di dalam Bumi. Hanya diperlukan kepiawaian dari “kondisi alamiah” untuk membentuk dan menempatkan bahan-bahan ini ke dalam bangunan. Seluruh instalasi kabel, kusen, dan aksesori diletakkan di antara batu-batu bata dengan bantuan hembusan angin, hujan, dan gempa Bumi.


Semua berjalan begitu lancar sehingga batu-batu bata tersusun dengan menyediakan tempat untuk jendela, seolah-olah tahu bahwa sesuatu yang disebut kaca akan dibentuk nantinya oleh kondisi alamiah.


Selain itu, mereka tidak lupa menyediakan juga tempat untuk instalasi air, listrik dan sistem pemanas, yang lagi-lagi terbentuk tak sengaja. Semuanya berjalan sangat baik sehingga “ketaksengajaan” dan “kondisi alamiah” menghasilkan suatu wujud rancangan yang sempurna.


Jika selama ini Anda berhasil memelihara keyakinan pada cerita ini, Anda tidak akan menemui kesulitan untuk menduga cara bangunan lain, pabrik, jalan raya, trotoar, sarana penunjang, sistem komunikasi dan transportasi muncul.


Jika berpengetahuan teknis dan ahli di bidang ini, Anda bahkan dapat menulis beberapa jilid buku yang sangat “ilmiah” untuk menyatakan teori Anda tentang “proses evolusi sistem pembuangan limbah dan kemiripannya dengan struktur yang kita temui sekarang.” Anda mungkin akan dianugerahi penghargaan akademis atas kajian cemerlang Anda. Anda pun boleh menganggap diri seorang jenius yang memberi pencerahan bagi kemanusiaan.


Teori evolusi, yang menyatakan bahwa kehidupan muncul tak sengaja, tidak kurang janggalnya dari dongeng di atas karena, dengan semua sistem operasionalnya, beserta sistem-sistem komunikasi, transportasi dan manajemennya, sebuah sel tidak kurang rumitnya dari kota mana pun.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...