Senin, Juni 04, 2012

Penabuh Rebana Yang Sudah Uzur


Di akhir sebuah perjamuan Sufi, sang Syekh dan pelayan terpilihnya, al-Hasan, berdiri di pintu seperti biasanya, mengucapkan salam perpisahan kepada mereka yang berlalu. Al-Hasan sedang asyik memikirkan jumlah uang yang bisa dia peroleh dan merasa khawatir bahwa dia tidak bisa mengembalikan pinjaman dengan tepat waktu. Di dalam hatinya dia berharap sang Syekh akan memberinya saran.

Al-Hasan tengah terbawa lamunannya ketika dia mendengar Abu Sa’id berkata, “Lihat, ada orang datang. Pergilah, dan lihat apa yang bisa kau perbuat untuknya.” Ternyata orang itu adalah seorang wanita yang sudah uzur, yang kemudian dibawa al-Hasan masuk ditawari teh. Wanita itu kemudian memberi al-Hasan satu tas penuh koin emas untuk diberikan kepada sang Syekh sebagai penukar doa bagi jiwanya.

Senang dengan pikiran bahwa uang itu akan membantu membebaskan dari utang, al-Hasan membawa uang itu kepada Abu Sa’id. Tetapi, ternyata Abu Sa’id menggunakannya untuk tujuan lain. Abu Sa’id meminta al-Hasan untuk pergi ke pekuburan kota. Di sana, di salah satu sudut satu-satunya bangunan, al-Hasan membangunkan lelaki itu, menyampaikan salam dari sang Syekh dan memberikan koin emas kepadanya. Al-Hasan melakukannya sesuai perintah Abu Sa’id. Ketika dia memberikan koin itu, lelaki tua itu menangis dan meminta al-Hasan untuk membawanya kembali kepada Abu Sa’id.

Lelaki renta bercerita kepada al-Hasan, “Aku adalah seorang penabuh rebana. Ketika muda, aku begitu populer dan setiap orang menyukai musikku. Orang-orang biasanya membayarku dengan baik, dan secara teratur aku diundanng ke setiap perayaan dan perjamuan. Bagitu aku tua, kepopuleranku merosot, dan akhirnya tidak seorangpun yang menginginkanku. Aku diusir oleh keluargaku sendiri dari rumahku. Sejak tadi malam aku disini, merasai lelah, lapar dan sebenggol-benggol rasa sedih. Aku datang ke pekuburan ini, dan sekarang menjadi pengemis agar bisa makan. Aku tidak punya siapapun untuk berpaling kecuali Tuhan. Aku terisak dan berdoa serta bercerita pada-Nya bahwa tidak seorangpun menginginkan musikku. Aku bermain musik, menyanyi, dan menangis sepanjang malam, berharap Dia akan membayarku hingga akhirnya aku tertidur menjelang fajar. Dan sekarang, engkau memberikan satu tas penuh uang.”

Al-Hasan membawa mantan penabuh rebana itu ke khanaqah. Begitu melihat Abu Sa’id, lelaki itu bersujud di kaki sang Syech, dia memuji Tuhan dan meminta Abu Sa’id mendoakan jiwanya. Abu Sa’id memperlakukan lelaki renta itu dengan sangat baik, dan kemudian dia berkata kepada al-Hasan, “Tidak seorangpun akan tersesat jika dia percaya kepada Tuhan. Sama halnya seperti uang yang telah disediakan untuk lelaki itu, untukmu juga akan tersedia.”

Catatan :
Seorang sufi mengatakan aku tenang karena aku yakin rejekiku tidak akan tertukar. Sang sufi benar-benar yakin bahwa Allah swt telah mengatur segalanya dan segala seuatu yang sudah ditakdirkan kepada seorang manusia pasti akan datang dan terjadi. Sehingga dia terus beribadah kepada Nya, mengingat Nya  disetiap waktu, dalam segala situasi dan kondisi, dengan khusyu tanpa takut tidak mendapatkan bagian rejeki didunia ini. “Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu mengingkari nikmat-Ku (Qs- Al-Baqarah;152).

Sumber :
Mojdeh Bayat dan Mohammad Ali Jamina, "Para Sufi Agung : Kisah dan Legenda",Terjemahan dari : "Tales from the Land of the Sufis", Pustaka Sufi, Jogjakarta, 2003, hal 58-59.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...