Selasa, Juni 27, 2006

= Saat Masa Kanak-kanak II =

Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah  sudah
bersiap-siap  akan  pulang.  Ia  dan  rombongan kembali pulang
dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di
tengah  perjalanan,  ketika  mereka  sampai  di Abwa',2 ibunda
Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan
pula di tempat itu.

Anak  itu  oleh  Umm  Aiman  dibawa  pulang  ke  Mekah, pulang
menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa
kehilangan;  sudah  ditakdirkan  menjadi  anak  yatim.  Terasa
olehnya hidup yang makin sunyi,  makin  sedih.  Baru  beberapa
hari   yang   lalu  ia  mendengar  dari  Ibunda  keluhan  duka
kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan.  Kini  ia
melihat  sendiri  dihadapannya,  ibu pergi untuk tidak kembali
lagi, seperti ayah dulu.  Tubuh  yang  masih  kecil  itu  kini
dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.

Lebih-lebih  lagi  kecintaan  Abd'l-Muttalib kepadanya. Tetapi
sungguhpun begitu, kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu itu
bekasnya masih mendalam sekali dalam jiwanya sehingga di dalam
Qur'anpun disebutkan,  ketika  Allah  mengingatkan  Nabi  akan
nikmat  yang  dianugerahkan  kepadanya  itu:  "Bukankah engkau
dalam keadaan yatim-piatu? Lalu diadakanNya  orang  yang  akan
melindungimu?  Dan  menemukan  kau  kehilangan  pedoman,  lalu
ditunjukkanNya jalan itu?" (Qur'an, 93: 6-7)

------------------------------------------------

Abu    Talib   mencintai   kemenakannya   itu   sama   seperti
Abd'l-Muttalib juga. Karena kecintaannya itu  ia  mendahulukan
kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad
yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati,  itulah  yang
lebih  menarik hati pamannya. Pernah pada suatu ketika ia akan
pergi ke Syam membawa dagangan - ketika itu usia Muhammad baru
duabelas  tahun  -  mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi
padang pasir, tak terpikirkan olehnya akan  membawa  Muhammad.
Akan  tetapi  Muhammad  yang  dengan  ikhlas  menyatakan  akan
menemani pamannya  itu,  itu  juga  yang  menghilangkan  sikap
ragu-ragu dalam hati Abu Talib.

Anak  itu  lalu  turut  serta  dalam rombongan kafilah, hingga
sampai di Bushra di  sebelah  selatan  Syam.  Dalam  buku-buku
riwayat  hidup  Muhammad  diceritakan,  bahwa dalam perjalanan
inilah ia bertemu dengan rahib Bahira,  dan  bahwa  rahib  itu
telah  melihat  tanda-tanda  kenabian  padanya  sesuai  dengan
petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber  menceritakan,
bahwa   rahib   itu  menasehatkan  keluarganya  supaya  jangan
terlampau  dalam  memasuki  daerah  Syam,  sebab   dikuatirkan
orang-orang   Yahudi  yang  mengetahui  tanda-tanda  itu  akan
berbuat jahat terhadap dia.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...