Senin, Juni 26, 2006

= Setelah Perang Hunain =

Kemudian  rampasan  perang  itu dibagi lima dan yang seperlima
diberikan  kepada  mereka  yang  paling  sengit   memusuhinya.
Seratus  ekor  unta  diberikan masing-masing kepada Abu Sufyan
dan Mu'awiya anaknya, Harith bin'l-Harith b. Kalada, Harith b.
Hasyim,  Suhail  b.  'Amr,  Huwaitib  b.  'Abd'l-'Uzza, kepada
bangsawan-bangsawan dan kepada beberapa  pemuka  kabilah  yang
telah  mulai  lunak  hatinya  setelah pembebasan Mekah. Kepada
mereka yang kekuasaan dan kedudukannya kurang dari yang  tadi,
diberi  lima  puluh ekor unta. Jumlah yang mendapat bagian itu
mencapai puluhan orang. Ketika itu Muhammad menunjukkan  sikap
sangat  ramah  dan murah hati, yang membuat orang yang tadinya
sangat  memusuhinya,  lidah   mereka   telah   berbalik   jadi
memujinya.  Tiada  seorang  dari  mereka  yang  perlu  diambil
hatinya itu yang tidak dikabulkan segala keperluannya

Ketika Abbas b. Mirdas mendapat beberapa ekor  unta  ia  tidak
senang  hati  dan  mencela karena menurut anggapannya 'Uyaina,
Aqra' dan yang lain  tampaknya  lebih  diutamakan.  Lalu  Nabi
berkata:  "Temui  dia  dan  berilah  lagi  supaya dia puas dan
diam."7

Lalu diberi lagi sampai dia puas. Dan itulah yang membuat  dia
diam.

Akan  tetapi  tindakan  Nabi  mengambil  hati orang-orang yang
tadinya  merupakan  musuh  besar  itu,  telah  menjadi   bahan
pembicaraan  di  kalangan  Anshar,  dan  satu sama lain mereka
berkata:

"Rasulullah telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri." Dalam
hal  ini  Sa'd b. 'Ubada berpendapat akan meneruskan kata-kata
Anshar itu kepada Nabi dan akan mendukung pula pendapat mereka
itu

"Sekarang  kumpulkan  masyarakatmu  di  tempat berpagar ini,"8
kata Nabi.

Setelah oleh Sa'd mereka dikumpulkan dan kemudian Nabi datang,
maka terjadi dialog berikut:

Muhammad:  "Saudara-saudara  kaum  Anshar.  Suatu desas-desus9
berasal  dari  kamu  yang  telah  disampaikan   kepadaku   itu
merupakan  suatu  perasaan  yang  ada  dalam  hatirnu terhadap
diriku, bukan? Bukankah kamu dalam kesesatan ketika aku datang
lalu Tuhan membimbing kamu? Kamu dalam kesengsaraan lalu Tuhan
memberikan kecukupan kepadamu, kamu  dalam  permusuhan,  Tuhan
mempersekutukan kamu?"

Anshar:  "Ya, memang! Tuhan dan Rasul juga yang lebih bermurah
hati."

Muhammad: "Saudara-saudara kaum Anshar.  Kamu  tidak  menjawab
kata-kataku?"

Anshar:  "Dengan  apa  harus kami jawab, ya Rasulullah? Segala
kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah  dan  Rasul-Nya
juga."

Muhammad: "Ya, sungguh, demi Allah! Kalau kamu mau, tentu kamu
masih dapat mengatakan -  kamu  benar  dan  pasti  dibenarkan:
'Engkau  datang  kepada  kami  didustakan  orang, kamilah yang
mempercayaimu.  Engkau  ditinggalkan   orang,   kamilah   yang
menolongmu.  Engkau  diusir,  kamilah  yang  memberimu tempat.
Engkau dalam sengsara, kami yang menghiburmu.' Saudara-saudara
dari  Anshar!  Adakah  sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam
hati kamu? Dengan itu aku telah mengambil hati suatu  golongan
supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu
aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela, saudara-saudara Anshar,
apabila  orang-orang itu pergi membawa karnbing, membawa unta,
sedang kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu? Demi Dia
Yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu
aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan  di
celah gunung, dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku
akan menempuh jalan  Anshar.  Allahuma  ya  Allah,  rahmatilah
orang-orang Anshar, anak-anak Anshar dan cucu-cucu Anshar."i like these words :)
Semua itu oleh Nabi diucapkan dengan kata-kata penuh keharuan,
penuh rasa cinta dan kasih sayang kepada  mereka  yang  pernah
memberikan  ikrar, pernah memberikan pertolongan dan satu sama
lain saling memberikan kekuatan. Begitu besar keharuannya itu,
sehingga  orang-orang  Anshar  pun  menangis,  sambil berkata,
"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...