Senin, Juni 26, 2006

= Saat Perang Khandaq =

"Tatkala mereka datang kepadamu dari jurusan atas  dan  bawah,
dan pandangan mata sudah jadi kabur, hati pun naik menyekat di
kerongkongan (sangat gelisah), ketika  itu  kamu  berprasangka
tentang  Tuhan,  prasangka  yang  salah  belaka.  Saat  itulah
orang-orang yang beriman mendapat cobaan dan mereka  mengalami
keguncangan  yang  hebat sekali. Dan ingat! ketika orang-orang
munafik dan orang-orang yang  berpenyakit  dalam  hatinya  itu
berkata:  Apa  yang  dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kami
hanyalah tipu daya  belaka.  Juga  ketika  ada  satu  golongan
diantara  mereka itu berkata: "Wahai penduduk Yathrib! Tak ada
tempat buat kamu. Kembalilah kamu pulang."  Dan  ada  sebagian
dari  mereka itu yang meminta ijin kepada Nabi seraya berkata:
'Sesungguhnya rumah-rumah  kami  terbuka.'  Tetapi  sebenarnya
tidak  terbuka.  Hanya  saja mereka itu ingin melarikan diri."
(Qur'an, 33: 10-13)

Tetapi buat  penduduk  Yathrib  masih  dapat  dimaafkan  kalau
mereka   sampai   begitu  takut  dan  hati  mereka  terguncang
karenanya. Mereka yang masih dapat dimaafkan  itu  ialah  yang
berpendapat:   Dulu  Muhammad  menjanjikan  kami,  bahwa  kami
mendapat  harta  kekayaan  Kisra  dan  Kaisar  Rumawi.  Tetapi
sekarang  orang  sudah  merasa tidak aman lagi sekalipun hanya
akan pergi ke kebun. Pandangan mata mereka yang jadi kabur pun
dapat  dimaafkan.  Demikian  juga  mereka  yang  merasa sangat
gelisah dalam ketakutan dapat juga  dimaafkan.  Bukankah  maut
juga  yang  sekarang  sedang  menari-nari  di  depan  matanya,
menjilat-jilat menyala keluar dari mata pedang yang di  tangan
Quraisy  dan  Ghatafan,  menyusup-nyusup  kedalam hati sebagai
ancaman, dan juga yang datang dari  rumah-rumah  Banu  Quraiza
yang   berkhianat  itu?  Sungguh  celaka  orang-orang  Yahudi.
Sungguh patut sekali kalau Muhammad mengikis habis  saja  Banu
Nadzir  itu  daripada  hanya  sekedar  membiarkan mereka pergi
dalam  keadaan  berkecukupan,  serta  membiarkan  Huyayy   cs.
menghasut   masyarakat   dan   kabilah-kabilah   Arab   supaya
menghantam kaum Muslimin. Ya,  sungguh  suatu  bencana  besar,
suatu  ancaman  besar.  "Tak ada daya upaya kalau tidak dengan
Allah juga."

---------------------------------------

Malam harinya angin topan  bertiup  kencang  sekali,  disertai
oleh   hujan   yang   turun   dengan   lebatnya.  Bunyi  petir
menderu-deru     diselingi      oleh      halilintar      yang
sambung-menyambung.  Tiba-tiba angin topan itu bertiup kencang
sekali dan kuali-kuali tempat mereka  masak  terbalik  belaka.
Sekarang  timbul  rasa takut dalam hati. Terbayang oleh mereka
bahwa  kaum  Muslimin  akan  mengambil  kesempatan  ini  untuk
menyerang   dan  menghantam  mereka.  Ketika  itu  Tulaiha  b.
Khuailid tampil seraya berteriak: "Muhammad  telah  mendahului
menyerang kita. Selamatkan dirimu ! Selamatkan!"

"Saudara-saudara dari Quraisy," kata Abu Sufyan. "Tidak layak
lagi kita tinggal lama-lama di tempat ini. Pasukan  kita  yang
terdiri  dari  kuda  dan unta sudah binasa, Banu Quraiza sudah
tidak  menepati  janjinya  lagi  dengan  kita,   bahkan   kita
mendengar  hal-hal  dari  mereka yang tidak menyenangkan hati.
Ditambah lagi kita menghadapi angin yang begitu dahsyat.  Maka
lebih baik pulang sajalah. Saya pun akan berangkat pulang."

Ditengah-tengah  angin  yang  masih bertiup kencang, rombongan
itu berangkat  dengan  membawa  perbekalan  seringan  mungkin,
diikuti oleh Ghatafan dan kelompok-kelompok lainnya.

Keesokan  harinya  sudah tidak seorang juga yang dijumpai oleh
Muhammad di tempat itu. Ia pun lalu kembali pulang ke  Medinah
bersama-sama   umat   Islam  yang  lain.  Mereka  bersama-sama
menyatakan rasa syukur  yang  sedalam-dalamnya  kepada  Tuhan,
karena   mereka  telah  terhindar  dari  segala  mara  bahaya,
orang-orang  beriman   itu   tidak   sampai   terlibat   dalam
pertempuran.
 
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html 

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...